Sabtu, 29 Desember 2012

EKONOMI TEKNIK



BAB 4
4.1 ANALISIS INCREMENTAL
Analisis incremental adalah pemilihan atas dua alternatif dengan cara menentukan selisih cash flow dari kedua alternatif, umumnya dipakai untuk menentukan IRR dari dua alternatif yang memiliki keseluruhan cash flow negative (kecuali nilai sisa).
Analisis incremental biasanya dinyatakan juga sebagai biaya diferensial, biaya marjinal, atau biaya relevan. Analisis incremental ini fleksibel, dimana data dapat dihitung dan disajikan untuk alternatif keputusan berdasarkan periode, seperti hari, minggu, bulan atau tahun.
Analisis incremental digunakan dalam pengambilan keputusan ketika jumlah dari alternatif keputusan dan keadaan alam sangat besar. Penggunaan tabel payoff atau pohon keputusan mungkin terlalu rumit untuk digunakan, sehingga dalam pengambilan keputusan dilakukan pendekatan yang telah disederhanakan. Pendekatan ini membantu pemimpin perusahaan untuk melakukan sejumlah keputusan yang tepat dalam waktu yang relatif singkat. Analisis ini dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti bidang pemasaran atau bidang produksi.
Analisis incremental adalah cara pengambilan keputusan di mana biaya operasional atau pendapatan dari satu alternatif dibandingkan dengan alternatif lain. Alternatif keputusan terbaik adalah biaya operasional terkecil atau pendapatan yang terbesar. Analisis incremental dapat digunakan untuk mengevaluasi alternatif-alternatif keputusan, seperti:
• Menyimpan atau mengganti barang tertentu
• Membuat atau membeli sejumlah barang tertentu
• Menjual sekarang atau memproses barang lebih lanjut
• Menyewa ruangan lain atau melanjutkan kegiatan
• Melanjutkan atau menghentikan produksi
• Menerima atau menolak penawaran khusus
• Perubahan jangka waktu kredit
• Membuka tempat baru
• Membeli atau menyewa, dan lain-lain
Incremental Analysis itu meliputi :
Membuat atau membeli: Haruskah kita membuat komponen sendiri atau mempekerjaan untuk orang lain dalam hal pembuatanya kemudian kita membelinya(subcont fee)? Pertimbangan kualitatif mungkin atau mungkin tidak mengesampingkan masalah kuantitatif. Sebagai contoh, kita mungkin bisa subkontrak pada peusahaan lain supaya lebih ekonomis daripada kita bisa melakukannya sendiri yang kalau dipikir-pikir harus menambah investasi dan jumlah orang tentunya yang akan meningkatlan labor cost. Tetapi jika kontraktor tidak dapat mempertahankan tingkat kualitas yang diperlukan atau memenuhi jadwal pengiriman, subkontrak mungkin tidak efektif.
4.2 Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit cost ratio (B/C Ratio) adalah untuk menentukan sejauh mana efisiensi
suatu usaha itu dijalankan yang diperoleh dengan cara membagikan total hasil
produksi dengan total biaya produksi. Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk
mengetahui tingkat efsiensi suatu usaha dapat digunakan parameter tingkat
keuntungan dan kerugian suatu usaha yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan
dibagi besarnya pengeluaran. Secara matematis dituliskan :
B/C = Total hasil produksi / Total biaya produksi
dimana bila :
B/C Ratio > 1 : efisien
B/C Ratio = 1 : impas
B/C Ratio < 1 : tidak efisien
Contoh:
Dalam suatu proyek pengendalian banjir ada 2 alternatif yang diusulkan. Alternatif pertama yaitu memperbaiki saluran (S) untuk memperlancar aliran sungai dan alternatif kedua membangun dam dan reservoir (D & R).Taksiran kerusakan akibat banjir tiap tahun j ika t idak ada pengendalian banjir(TP) adalah Rp 480.000.000. Jika alternatif S dibangun kerugian tersebut dapat dikurangi menj adi Rp 105.000.000 dan jika alternatif D & P dibangun kerugian tersebut berkurang menjadi Rp.55.000.000 (Dalam praktek nilai taksiran tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan metode statistika, yaitu sebagai nilai ek s p ekt a s i (expected value), karena kerugian tiap tahun beruhah sesuai dengan besar – kecilnya banjir yang timbul).
Biaya perbaikan saluran ditaksir Rp 2.900.000 dan biaya pemeliharaannya tiap tahun ditaksir Rp 35.000.000. Kedua macam biaya tersebut dibebankan pada anggaran pemerintah. Biaya pembangunan dam dan reservoir (D & R) ditaksir Rp 5.300.000.000 dan ditaksir biaya pengoperasian dan pemeliharaannya tiap tahun Rp 40.000.000. Kedua biaya tersebut dibebankan pada anggaran pemerintah. Pembangunan D & R mempunyai akibat samping yang merugikan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. (Dalam analisis ekonomi ini disebut disbenefit/benefit negatif/malefit). Yaitu : pembangunan dam merugikan hasil perikanan rakyat yang ditaksir jumlahnya Rp 28.000.000 tiap tahun, sedangkan pembangunan reservoir merugikan hasil pertanian dan peternakan karena berkurangnya lahan dan ditaksir jumlahnya Rp.10.000.000 tiap tahun. Berdasarkan data di atas akan diselidiki alternatif mana yang paling ekonomis dengan i = 6 % dan umur teknis 50 tahun.
Penyelesaian :
Dalam perhitungan disini digunakan benefit dan cost tiap tahun untuk memudahkan, sebab data yang tersedia dalam tahunan. Pertama dibandingkan terlebih dahulu alternatif perbaikan saluran (S) dengan alternatif tidak ada pengendalian banjir (TP). Keuntungan tiap tahun disini adalah berkurangnya kerugian akibat banjir karena adanya alternatif S dibandingkan dengan alternatif TP. Sedangkan biaya tiap tahun adalah capital recovery cost dan biaya pemeliharaan alternatif S .
B (S – TP) = 480.000.000 – 105.000.000 = 375.000.000
C (S – TP ) = 2900.000.000 (A/P, 6%,50 + 35.000.000 = 219.000.000
B/C = 375.000.000/219.000.000 = 1,71
Karena B/C > 1 berarti pembangunan saluran manfaat yang besar dibandingkan tanpa pengendalian banjir sama sekali.
Selanjutnya dihitung perbandingan incremental B/C antara altarnatif D & R dengan alternatif S :
B (D & R – S) = (105.000.000 – 55.000.000) – (28.000.000 + 10.000.000) = 12.000.000
C (D & R– S)  = 5300.000.000 (A/P, 6%, 50) + 40.000.000
2900.000.000 (A/P, 6%,50) + 35.000.000 = 157.000.000
B/C = 12.000.000 / 157.000.000 = 0.08
Karena B/C – 0,08 alternatif S lebih bermanfaat dibandingkan alternatif D & R.
Periode pengembalian – payback period
Periode “Payback” menunjukkan berapa lama (dalam beberapa tahun) suatu investasi akan bisa kembali. Periode “Payback” menunjukkan perbandingan antara “initial investment” dengan aliran kas tahunan, dengan rumus umu sebagai berikut :

                                   Nilai Investasi
Payback Period = _______________
                                      Proceed
Apabila periode payback kurang dari suatu periode yang telah ditentukan proyek tersebut diterima, apabila tidak proyek tersebut ditolak.
Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan – penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut juga untuk mengukur kecepatan kembalinya dana investasi.
Kebaikan dan Kelemahan Payback Method
Kebaikan Payback Method
1) Digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi dengan resiko yang besar dan sulit.
2) Dapat digunakan untuk menilai dua proyek investasi yang mempunyai rate of return dan resiko yang sama, sehingga dapat dipilih investasi yang jangka waktu pengembaliannya cepat.
3) Cukup sederhana untuk memilih usul-usul investasi.
Kelemahan Payback Method
1) Tidak memperhatikan nilai waktu dari uang.
2) Tidak memperhitungkan nilai sisa dari investasi.
3) Tidak memperhatikan arus kas setelah periode pengembalian tercapai.

Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda


                                  a - b
Payback Period = n +_____ x 1 tahun
                                  c - b

n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula
a = Jumlah investasi mula-mula
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya sama
                              Investasi awal
Payback Period = ____________ x 1 tahun
                                 Arus kas
Periode pengembalian lebih cepat : layak
Periode pengembalian lebih lama : tidak layak
Jika usulan proyek investasi lebih dari satu maka periode pengembalian yang lebih cepat yang dipilih
Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya berbeda
Suatu usulan proyek investasi senilai Rp. 600 juta dengan umur ekonomis 5 tahun, Syarat periode pengembalian 2 tahun, dengan tingkat bunga 12% per tahun, dan arus kas pertahun adalah :
Tahun 1 RP. 300 juta
Tahun 2 Rp. 250 juta
Tahun 3 Rp. 200 juta
Tahun 4 Rp. 150 juta
Tahun 5 Rp. 100 juta

Arus kas dan arus kas kumulatif
Tahun
Arus kas
Arus kas kumulatif
1
300.000.000
300.000.000
2
250.000.000
550.000.000
3
200.000.000
750.000.000
4
150.000.000
900.000.000
5
100.000.000
1.000.000.000
Periode Pengembalian
            a - b
= n +_____ x 1 tahun
       c - b
           Rp 600jt - Rp 550jt
=2 + _______________ x 1 tahun
        Rp 750jt - Rp 550jt
= 2,25 tahun atau 2 tahun 3 bulan 
Periode pengembalian lebih dari yang disyaratkan oleh perusahaan maka usulan proyek investasi ini di tolak

4.4 Break event point
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)
BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP  adalah
1.   alat perencanaan untuk hasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
3 Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4 Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini
Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi
yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya.
Bagaimana cara menghitungnya?
Untuk menghitung BEP kita bisa hitung dalam bentuk unit atau price tergantung untuk kebutuhan

RUMUS PENGHITUNGAN BREAK EVENT POINT (BEP)
Break event point dengan cara matematis ini dibagi menjadi 2, yaitu BEP dalam rupiah dan BEP dalam jumlah atau unit.

1.      BEP atau titik impas dalam unit
Rumusnya :

BEP = Biaya Tetap : ( Harga Jual Per Unit : Biaya Variabel Rata-rata )


2.      BEP untuk titik impas dalam rupiah
Rumusnya :

BEP = Biaya Tetap : 1 – ( Biaya Variabel Rata-rata : Harga Jual Per Unit )

Contoh penghitungan BEP (break event point )

Anda berjualan macam –macam jus buah.Biaya tetap yang anda keluarkan adalah 250.000 rupiah. Biaya variabelnya sebesar 3.000 rupiah per unit .kemudian anda berniat menjual macam-macam jus buah tersebut dengan harga  5.000 rupiah per gelas. Maka titik impas atau BEP –nya adalah :

JAWAB :
1.    BEP ( dalam unit ) = Biaya Tetap : (harga Jal Per Unit : Biaya Variabel Rata-rata)
BEP ( dalam unit ) = 250.000 : (5.000 – 3.000) =125 Unit

2.     BEP (dalam rupiah ) = Biaya Tetap : 1 – ( Biaya Variabel Rata-rata : Harga Jual Per Unit )
BEP ( dalam rupiah ) = 250.000 : 1 - (3.000 – 5.000) = 625.000 rupiah

Jadi anda harus berjualan jus buah sebanyak 125 gelas atau menjual sebesar 625.000 rupiah agar anda mencapai titik impas. Maksudnya adalah 125 gelas atau 625.000 rupiah tadi sudah bisa anda gunakan buat bayar semua pengeluaran usaha jus anda tanpa anda harus rugi. Dan apabila anda mampu menjual 126 gelas, berarti yang satu gelas tadilah keuntungan anda.

4.5 ANALISIS SENSITIVITAS
Analisis sensivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja system produksi dalam menghasilkan keuntungan.
Dengan melakukan analisis sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya.
Contoh :
·         Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi tingkat kelayakan.
Alasan dilakukannya analisis sentivitas adalah untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut :
1.    Adanya cost overrn, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan baku, produksi, dsb.
2.       Penurunan produktivitas
3.       Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek

TUJUAN ANALISIS SENSITIVITAS
Menilai apa yang terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat
1.  Analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya di dasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang 
2.    Analisis pasca criteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisisbisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat 

Bisnis sangat sensitivitas terhadap perubahan akibat beberapa hal :
1.       Harga
2.       Keterlambatan pelaksanaan
3.       Kenaikan biaya
4.       Ketidaktetapan dan perkiraan hasil (produksi)

CONTOH PERHITUNGAN ANALISIS SENSITIVITAS
Sebuah penghitungan padi mempunyai arus kas seperti terlihat pada table analisis penggilingan padi. pada table tersebut juga telah dilakukan penyelesaian dengan menghitung nilai NPV, IRR dan B/C. analisis dilakukan pada tingkat discount factor 15% per tahun.
Table analisis penggilingan padi (dalam ribu Rp)
Tahun
C
B
B - C
DF 15%
NPV 15%
DF 30%
NPV 30%
DF 50%
NPV 50%
0
5000
0
-5000
1
-5000
1
-5000
1
-5000
1
3000
4000
1000
0.87
870
0.769
769
0.667
667
2
2500
4000
1500
0.756
1134
0.592
888
0.444
666
3
2500
5000
2500
0.658
1645
0.455
1137.5
0.296
740
4
2000
5000
3000
0.572
1716
0.35
1050
0.198
594
5
2000
5000
3000
0.497
1491
0.269
807
0.132
396
6
2000
5000
3000
0.432
1296
0.207
621
0.088
264
7
2000
5000
3000
0.376
1128
0.159
477
0.059
177
8
2000
7000
5000
0.327
1635
0.123
615
0.039
195




NPV =
5915

1364.5

-1301





Hasil analisis :
NPV (pada tingkat discount rate 15% per tahun ) = Rp 5915

870+1134+1645+1716+1491+1296+1128+1635
Net B/C    =         5000
2.183

1365000 X (50 – 30)
   IRR       = 30 + 1365000 – (-1301000)
                 = 40.24 %
                                                         BAB 5

Depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan.

Tahukah anda bahwa AT yang dimiliki suatu perusahaan akan mengalami penyusutan AT tersebut kecuali Tanah. Misalnya kendaraan yang dibeli untuk digunakan mengangkut barang hasil produksi, tentu untuk jika waktu tentang kendaraan tersebut akan memiliki nilai yang lebih rendah di banding ketika dibeli.

Hal-hal yang menyebabkan penyusutan:
1. Faktor Teknis
            a. rusak
            b. aus
            c. bencana alam dll
2. Faktor Ekonomis
            a. Harga perolehan
            b. nilai sisa
            c. Umur ekonomis
            d. Metode penyusutan yang digunakan

Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan. Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan.
2. Harus mempunyai umur manfaat tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari setahun.
3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/ kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
4. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi.
Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi:
- nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal (personal property) seperti mesin-mesin, kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang sejenis; dan properti riil (real property) seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut.
- tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak cipta, paten atau franchise.
Depresiasi merupakan komponen penting dalam analisis ekonomi teknik, karena:
1. Dapat dipergunakan untuk mengetahui nilai suatu asset sesuai dengan waktu.
2. Dapat dipergunakan untuk mengalokasikan depresiasi (accounting depreciation) nilai asset tersebut. Pengalokasian tersebut dipergunakan untuk menjamin bahwa asset yang telah diinvestasikan dapat diperoleh kembali setelah masa layannya selesai.
3. Dengan depresiasi dapat dipergunakan untuk pengurangan pengenaan pajak dengan jalan bahwa asset yang diinvestasikan diperhitungkan sebagai biaya produksi, sehingga hal ini berkaitan dengan pajak.

Metode Penyusutan
Untuk menghitung jumlah penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain:

1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Dalam metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun selama umur            ekonomis sama besar, shg jika dibuatkan grafiknya terhadap waktu, dan akumulasi   biaya akan berupa garis lurus.
Cara Menghitung:
           
Besar penyusutan tiap tahun dapat dihitung dgn rumus:
            Besar Penyusutan = Harga Perolehan-Nilai Sisa
                                                    Umur Ekonomis
            Contoh:
            Tgl 1 Agustus 2000 PT ABC membeli sebuah mobil Toyota Kijang seharga Rp             170.000.000,-. Untuk biaya balik  nama, pengujian, dan keperluan lainnya dibayar    Rp. 5.000.000,-. Mobil tsb ditaksir memiliki umur ekonomis 5 tahun dengan nilai       sisa Rp 50.000.000,-

Diminta:
Hitunglah penyusutan pada tahun 2000
Buatlah tabel penyusutan selama 5 tahun

Penyelesaian:
Penyusutan th 2000 dihitung dari tgl 1 Agustus 2000 s/d 31 Des 2000 = 5 bulan:
Besar Penyusutan th 2000 =  5  x (175.000.000-50.000.000)
                                              12                      5

                                          =  11.250.000

2. Metode Tarif Tetap atas Nilai Buku
            Pada metode ini, penentuan besar penyusutan dilakukan dengan cara     pengalokasian harga perolehan AT dgn persentase ttt dr nilai buku utk setiap     periode akuntansi. Ada dua cara yakni dgn metode saldo menurun dan metode saldo menurun ganda.
 Cara menghitung :
  
     a. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)
            Langkah2 perhitungan:
            1. Tentukan tarif penyusutan
                        Tarif = 1- ns  1/n 
                                         hp  
            Tentukan besar penyusutan
            Besar Penyusutan = Tarif x Nilai Buku

            Nilai Buku  = Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan

            Contoh:
            Tgl 1 Feb 2001 PT ABC membeli sebuah mesin bubut Rp 350.000.000,-. Untuk          biaya pemasangan dan keperluan lainnya dibayar Rp 10.000.000. Mesin tsb     ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun dgn nilai sisa Rp. 60.000.000,-.

            Diminta :
            a. Hitunglah penyusutan pada tahun 2001
            b. Buatlah tabel penyusutan selama 8 tahun

            Cara menghitung
            Penyelesaian:

            Tarif = 1 – (60.000.000/360.000.000) 1/8 = 0,20066 = 20,07 %

            a. Penyusutan tahun 2001 dihitung dari tanggal 1 Feb 2001 s.d 31 Des 2001 = 11                     bulan
            Besar penyusutan tahun 2001 = 11/12 x 20,06 % x 360.000.000
                                                            = 66.198.000
            Untuk tahun 2002 s.d 2008
            Besar Penyusutan = Tarif x Nilai Buku
       Besar Penyusutan tahun 2009 = 1/12 x 20,06 % x 61.291.995
                                                             = 1.024.596

     b. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Method)

            Langkah-langkah Perhitungan:
            1. Tentukan Tarif penyusutan
            Tarif = 2 x (100%/UE)
           
            2. Besar Penyusutan = Tarif  x Nilai Buku
            Nilai Buku = Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan

            Tarif = 2 x (100%/8)
                     = 25 %

            a. Penyusutan th 2001 dihitung tgl 1 Feb 2001 s.d 31 Des 2001 = 11 bulan
                        Besar penyusutan th 2001 = 11/12 x 25 % x 360.000.000
                                                            = 82.500.000
            Untuk th 2002 s.d 2008
                        Besar penyusutan ke n = tarif x nilai buku n-1

            Besar penyusutan th 2009 = 1/12 x 25 % x 37.041.77
                   =771.704

3. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the years Digits Method)

Langkah-langkah perhitungan:
1. Tentukan jumlah angka tahun (JAT)
            JAT = nx ((n+1)/2)
2. Tentukan besar penyusutan
            Besar Penyusutan = AT  x  (HP-NS)
                                            JAT
Contoh: Tanggal 1 Mei 2000 CV ABC membeli sebuah mesin 9fotocopy seharga Rp. 50.000.000. mesin fotocopy tsb ditaksir memiliki umur ekonomis 4 tahun dgn nilai sisa Rp. 5.000.000.-

Diminta:
a. Hitung Penyusutan tahun 2000-2005
b. Buatlah tabel penyusutan

Cara menghitung
Penyelesaian:
JAT = 4 x (4+1)  = 10  atau  JAT  = 4+3+2+1 = 10
              2
a. Penyusutan tahun 2000 dihitung dr tgl 1 Mei 2000 s.d 31 des 2000 = 8 bulan

Penyusutan tahun 2000

Besar Penyusutan = 8/12 x 4/10 x (50.000.000 – 5.000.000)
                                    = 12.000.000

Penusutan Tahun 2001

Besar Penyusutan=
4/12 x 4/10 x (50.000.000-5.000.000) = 6.000.000
8/12 x 3/10 x (50.000.000-5.000.000) = 9.000.000
                                                               15.000.000

Penyusutan tahun 2002
Besar Penyusutan = 4/12 x 3/10 x (50.000.000-5.000.000) = 4.500.000
                                8/12 x 2/10 x (50.000.000-5.000.000) = 6.000.000
                                                                                                10.500.000
Penyusutan tahun 2003
Besar Penyusutan = 4/12 x 2/10 x (50.000.000-5.000.000) = 3.000.000
                                 8/12 x 1/10 x (50.000.000-5.000.000) = 3.000.000
                                                                                                 6.000.000
Penyusutan tahun 2004
Besar penyusutan = 4/12 x 1/10 x (50.000.000-5.000.000) = 1.500.000

4. Metode Unit Produksi (Unit of Production Method)

Caranya:
Tentukan besar penyusutan = produksi nyata x (HP-NS) / kapasitas produksi

Contoh:
Sebuah mesin dibeli seharga Rp. 250.000.000,- ditaksir memiliki umur ekonomis selama 5 tahun atau 500.000 jam kerja dan diperkirakan memiliki nilai sisa sebesar Rp. 50.000.000,-. Hitunglah besar penyusutan bila diketahui jam kerja setiap tahun sbb:
Tahun ke 1 = 100.000 jam
Tahun ke 2 = 120.000 jam
Tahun ke 3 = 130.000 jam
Tahun ke 4 = 80.000 jam
Tahun ke 5 = 70.000 jam


Penyelesaian:
Besar Penyusutan tahun 1 =
100.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp. 40.000.000
                                    500.000
Besar Penyusutan tahun 2 =
120.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp. 48.000.000
                                    500.000
Besar Penyusutan tahun 3 =
130.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp. 52.000.000
                                    500.000
Besar Penyusutan tahun 4 =
80.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp. 32.000.000
                                    500.000
Besar Penyusutan tahun 5 =
70.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp. 28.000.000
                                    500.000

5.2 UMUR EKOMONIS

umur ekonomis adalah Depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi adalah penyebaran biaya asal suatu aktiva tetap (bangunan, alat, komputer, dll) selama umur perkiraannya. Penerapan depresiasi akan mempengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan. Metode yang paling mudah dan paling sering digunakan untuk menghitung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus (straight-line depreciation). Tapi selain itu, ada pula metode penghitungan lain yang bisa juga digunakan, seperti metode penyusutan dipercepat, penyusutan jumlah angka tahun, dan saldo menurun ganda. Kali ini kita akan lebih membahas apa itu arti dan kegunaan umur ekonomis dalam dunia bidang ekonomi dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan menentukan umur ekonomis :
Kalau kita salah menentukan umur ekonomis akan meningkatkan ongkos rata-rata tanpa disdari, missal waktu operasi akan menurun, ongkos perawatan akan naik.
Umur ekonomi menurut kegunaannya dibagi menjadi dua jenis, yaitu
1.    Umur ekonomi aset baru
Umur ekonomi aset akan meminimasi ekuivalen biaya tahunan seragam (equivalent uniform annual cost – EUAC) kepemilikan dan pengoperasian aset. Sangat penting untuk mengetahui umur ekonomi aset baru (penantang) berdasarkan prinsip bahwa aset baru dan aset lama harus dibandingkan berdasarkan umur ekonomi (optimum) mereka.

MENENTUKAN UMUR EKONOMI ASET BARU (PENANTANG)
Sangat penting mengetahui umur ekonomi, EUAC minimum dan total biaya tahun demi tahun atau biaya tambahan untuk aset baru maupun aset lama sehingga keduanya dapat dibandingkan berdasarkan evaluasi terhadap umur ekonomi dan biaya yang paling hemat keduanya.Untuk sebuah aset baru, umur ekonominya dapat dihitung jika investasi modal,biaya tahunan dan nilai pasar per tahun diketahui atau dapat diestimasi
Analisis sebelum pajak
PWk (i%) = I – MVk (P/F,i%,k) + SEj (P/F,i%,j)
TCk (i%) = MVk-1 – MVk + iMVk-1 + Ek
Contoh
Sebuah truk forklift baru akan memerlukan investasi sebesar $20.000 dan diharapkan memiliki nilai pasar akhir tahun serta biaya tahunan seperti diperlihatkan pada tabel dibawah ini. Jika MARR sebelum pajak adalah 10% per tahun, berapa lama aset tersebut harus dipertahankan kegunaannya?
Jawab :
Penentuan umur ekonomi N sebelum pajak aset baru :
(1)Akhir tahun,k
Biaya penggunaan pada tahun, k
EUAC tahun k
(2)MV, akhir tahun, k
(3)Penyusutan aktual selama tahun, k
(4)Biaya modal = 10% dari MV awal tahun
(5)Biaya tahunan (Ek)
(6) = (3)+(4)+(5)Total biaya (marginal) tahun k (TCk)
(7)EUACk=[STCj(P/F,10%,j)](A/P,10%,k)
0
$20.000
-
-
-
-
-
1
15.000
$5.000=20.000-15.000
$2.000= 20.000×0,1
$2.000
$9.000
$9.000
2
11.250
3.750=15.000-11.250
1.500= 15.000×0,1
3.000
8.250
8.643
3
8.500
2.750=11.250-8500
1.125=11.250×0,1
4.620
8.495
8.600® EUAC minimum (N*=3)
4
6.500
2.000=8500-6500
850=8500×0,1
8.000
10.850
9.082
5
4.750
1.750=6500-4750
650=6.500×0,1
12.000
14.400
9.965
Asumsi : semua arus kas terjadi pada setiap akhir tahun.
Kolom 3 : Penyusutan aktual untuk setiap tahun adalah perbedaan antara nilai pasar awal dan akhir tahun. Penyusutan untuk masalah ini tidak dihitung berdasarkan metode formal namun didasarkan pada hasil kekuatan ekspektasi pasar.
Kolom 4 : Opportunity cost modal pada tahun k adalah 10% dari modal yang tidak direcover (diinvestasikan dalam aset) pada awal masing-masing tahun.
Kolom 7 : Equivalent uniform annual cost (EUAC) yang akan timbul setiap tahun jika aset tersebut dipertahankan penggunaannya sampai tahun k, dan selanjutnya digantikan pada akhir tahun. EUAC minimum terjadi pada akhir tahun N*. ® Pada aset disini memiliki EUAC minimum jika dipertahankan kegunaannya hanya selama tiga tahun (yaitu N*=3).
EUAC2 (10%)= $20.000(A/P,10%,2)-$11.250(A/F,10%,2) + [$2.000(P/F,10%,1)
+ $3.000(P/F,10%,2)](A/P,10%,2)
= $8.643
 2.    Umur ekonomi aset lama
Pembandingan aset baru dengan lama harus dilakukan secara hati-hati karena melibatkan umur yang berbeda. Aset lama harus dianggap memiliki umur lebih lama dibanding umur ekonomi sebenarnya sepanjang biaya marginalnya kurang dari EUAC minimum aset baru.

MENENTUKAN UMUR EKONOMI ASET LAMA
Jika tidak ada MV aset lama saat ini atau nanti (dan tidak ada pengeluaran untuk perbaikan) dan jika biaya operasi aset lama diperkirakan akan meningkat setiap tahun, maka sisa umur ekonomi yang menghasilkan EUAC paling kecil akan satu tahun.
Jika MV lebih besar dari nol dan diharapkan menurun dari tahun ke tahun, maka perlu dilakukan perhitungan sisa umur ekonomi. Penundaan (postponement) umumnya diartikan sebagai penundaan keputusan mengenai kapan akan melakukan penggantian, bukan mengenai keputusan untuk menunda penggantian sampai tanggal masa datang tertentu.
Contoh
Misalnya ingin diketahui berapa lama sebuah truk forklift harus dipertahankan kegunaannya sebelum diganti dengan truk forklift baru yang data-datanya diberikan pada contoh 3. Truk lama dalam kasus ini sudah berusia dua tahun, yang dibeli dengan biaya $13.000 dan memiliki MV yang dapat dicapai saat ini (realizable MV) sebesar $5.000. Jika dipertahankan, nilai pasar dan biaya tahunannya diperkirakan akan seperti berikut :
Akhir tahun k
MV akhir tahun k
Biaya tahunan, Ek
1
$4.000
$5.500
2
3.000
6.600
3
2.000
7.800
4
1.000
8.800
Tentukan periode paling ekonomis untuk tetap mempertahankan aset lama sebelum menggantinya dengan aset pengganti yang ada pada contoh 3. Biaya modal adalah 10% per tahun.
Jawaban :
Penentuan umur ekonomi aset lama
(1)Akhir tahun, k
(2)Penyusutan aktual selama tahun k
(3)Biaya modal = 10% dari MV awal tahun (*)
(4)Biaya tahunan (Ek)
(5)Total biaya (marjinal) atau tahun (TCi)
=(2)+(3)+(4)
(6)EUAC sampai tahun k
1
$1.000
$500
$5.500
$7.000
$7.000
2
1.000
400
6.600
8.000
7.474
3
1.000
300
7.800
9.100
7.966
4
1.000
200
8.800
10.000
8.406

(*) tahun satu berdasarkan MV yang dapat dicapai sebesar $5.000
Perhatikan bahwa EUAC minimum sebesar $7.000 berkaitan dengan mempertahankan aset lama satu tahun lagi. Namun, biaya marjinal mempertahankan truk untuk tahun kedua adalah sebesar $8.000, yang masih tetap lebih kecil dari EUAC minimum aset pengganti (yaitu $8.600 dari contoh 3). Biaya marjinal untuk mempertahankan aset lama pada tahun ketiga dan tahun selanjutnya lebih besar dari $8.600 EUAC minimum truk baru. Berdasarkan data yang ada saat ini, paling ekonomis untuk mempertahankan aset lama selama dua tahun lagi dan selanjutnya menggantinya dengan aset baru.
                                                         BAB 6

6.1 Analisa Replacement
Sebuah keputusan yang seringkali dihadapi oleh perusahaan atau organisasi pemerintah, maupun oleh setiap individu adalah apakah aset yang ada saat ini harus dihentikan  dari  penggunaannya  dan  diganti  dengan  aset  yang  baru,  atau  diteruskan setelah dilakukan perbaikan. Karena tekanan persaingan di era globalisasi yang terus berkembang, maka kebutuhan akan kualitas barang dan jasa yang lebih baik, waktu tanggapan yang lebih cepat, serta perubahan perubahan yang lain, menyebabkan keputusan seperti diatas makin sering terjadi. Oleh karena itu, masalah replacement memerlukan analisis yang tepat agar dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan logis yang dapat memperbaiki efisiensi operasi, serta memperkokoh keberadaan perusahaan dalam menghadapi persaingan di era globalisasi sekarang ini.


2.1.1      Alasan – alasan Replacement 
Menurut I Nyoman Pujaman ( 1995, p223 – 225), berbagai alasan dapat menjadi penyebab perubahan ini, sayangnya berbagai perubahan ini kadang disertai dengan faktor keuangan yang tidak menyenangkan. Ada beberapa alasan kenapa proses replacement suatu peralatan perlu dilakukan, diantaranya adalah :
1.   Adanya peningkatan permintaan terhadap suatu produk sehingga dibutuhkan fasilitas produksi yang memiliki kapasitas yang lebih besar. Tuntutan untuk memperbesar kapasitas produksi bisa dipenuhi dengan menambah alat alat
baru dan tetap menggunakan fasilitas yang lama, atau mengganti alat – alat yang lama dengan alat alat yang baru yang bisa memenuhi kebutuhan kapasitas. Keputusan seperti ini membutuhkan analisa ekonomis dari replacement ( penggantian ).
2.  Kebutuhan untuk perawatan pada alat – alat yang dimiliki sudah berlebihan sehingga alat tersebut dinilai sudah tidak ekonomis lagi untuk dipakai, walaupun secara fisik masih tetap berfungsi. Biaya yang dikeluarkan untuk maintenance ( perawatan ) dan operasional untuk suatu peralatan akan terus meningkat dengan bertambahnya masa pakai dari alat tersebut. Di sisi lain, biaya investasi akan berkurang dengan semakin lamanya pemakaian alat tersebut. Oleh sebab itu, ada saatnya dimana biaya maintenance (perawatan) meningkat lebih cepat  dari kontribusi penurunan biaya investasi, sehingga dikatakan bahwa pada saat-saat seperti itu biaya perawatan sudah berlebihan.
3.   Terjadi penurunan fungsi fisik peralatan sehingga akan berakibat menurunnya efisiensi operasi dari alat tersebut. Beberapa hal yang merupakan penurunan fungsi fisik akibat pemakaian dari suatu alat adalah :
a.   Penurunan output baik ditinjau dari kuantitas yang bisa dihasilkan dalam suatu satuan waktu maupun kualitas dari outputnya.
b.   Peningkatan kebutuhan bahan bakar dan peningkatan persentase material yang terbuang sehingga berakibat pada peningkatan biaya operasional.
c.   Peningkatan kebutuhan suku cadang dan tenaga maintenance (perawatan)

yang berarti bahwa biaya maintenance ( perawatan ) meningkat.
d. Kerusakan  alat  yang  terjadi  lebih  sering  dan  setiap  kerusakan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperbaikinya.
e.  Penurunan kualitas kerja dari peralatan, misalnya terjadinya peningkatan varian  dari  suatu  dimensi  produk  yang  dihasilkan  karena  timbulnya keausan pada bagian – bagian mesin produksi.
4.  Adanya alternatif untuk menyewa suatu peralatan dan kebijakan ini lebih ekonomis dari membeli atau memiliki sendiri alat tersebut.
5.   Terjadinya keusangan dari suatu peralatan karena berkembangnya alat alat baru dengan tingkat teknologi yang lebih canggih. Beberapa hal yang bisa digolongkan sebagai penyebab usangnya suatu peralatan adalah :
a.   Peralatan tersebut tidak lagi diperlukan.

b.   Operator dari peralatan tersebut sulit diperoleh.

c.   Ada  alat  sejenis  yang  baru  yang  bisa  beroperasi  dengan  biaya operasional dan perawatan yang lebih rendah.
d.   Ada sejenis alat yang baru yang bisa beroperasi dengan produktifitas yang lebih tinggi.
Penurunan fungsi fisik dan keusangan suatu peralatan bisa terjadi secara independen ataupun bisa berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada suatu metode standar yang bisa dipakai untuk mengkuantifikasikan penurunan fungsi fisik maupun keusangan dari suatu peralatan. Untuk menentukan karakteristik penurunan fisik ataupun keusangan suatu peralatan dibutuhkan observasi dan analisis data dengan seksama.

Referensi
repository.upi.edu/.../s_mat_0706443_chapter3.pdf
repository.usu.ac.id/bitstream/.../Chapter%20II.pdf
http://paybackperiods.blogspot.com/
http://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/02/20/break-event-point-bep/
http://achmad-amirudin21.blogspot.com/2012/05/analisis-sensitivitas-titik-impas.html
http://haryono_putro.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19541/EKONOMI+TEKNIK+DIKTAT.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Depresiasi
http://blogtiara.wordpress.com/2011/03/28/depresiasi/
thesis.binus.ac.id/doc/Bab2Doc/2006-2-01301-MTIF-Bab%202.doc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar