BAB
4
4.1 ANALISIS INCREMENTALAnalisis incremental adalah pemilihan atas dua alternatif dengan cara menentukan selisih cash flow dari kedua alternatif, umumnya dipakai untuk menentukan IRR dari dua alternatif yang memiliki keseluruhan cash flow negative (kecuali nilai sisa).
Analisis incremental biasanya dinyatakan juga sebagai biaya diferensial, biaya marjinal, atau biaya relevan. Analisis incremental ini fleksibel, dimana data dapat dihitung dan disajikan untuk alternatif keputusan berdasarkan periode, seperti hari, minggu, bulan atau tahun.
Analisis incremental digunakan dalam pengambilan keputusan ketika jumlah dari alternatif keputusan dan keadaan alam sangat besar. Penggunaan tabel payoff atau pohon keputusan mungkin terlalu rumit untuk digunakan, sehingga dalam pengambilan keputusan dilakukan pendekatan yang telah disederhanakan. Pendekatan ini membantu pemimpin perusahaan untuk melakukan sejumlah keputusan yang tepat dalam waktu yang relatif singkat. Analisis ini dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti bidang pemasaran atau bidang produksi.
Analisis incremental adalah cara pengambilan keputusan di mana biaya operasional atau pendapatan dari satu alternatif dibandingkan dengan alternatif lain. Alternatif keputusan terbaik adalah biaya operasional terkecil atau pendapatan yang terbesar. Analisis incremental dapat digunakan untuk mengevaluasi alternatif-alternatif keputusan, seperti:
• Menyimpan atau mengganti barang tertentu
• Membuat atau membeli sejumlah barang tertentu
• Menjual sekarang atau memproses barang lebih lanjut
• Menyewa ruangan lain atau melanjutkan kegiatan
• Melanjutkan atau menghentikan produksi
• Menerima atau menolak penawaran khusus
• Perubahan jangka waktu kredit
• Membuka tempat baru
• Membeli atau menyewa, dan lain-lain
Incremental Analysis itu meliputi :
Membuat atau membeli: Haruskah kita membuat
komponen sendiri atau mempekerjaan untuk orang lain dalam hal pembuatanya
kemudian kita membelinya(subcont fee)? Pertimbangan kualitatif mungkin atau
mungkin tidak mengesampingkan masalah kuantitatif. Sebagai contoh, kita mungkin
bisa subkontrak pada peusahaan lain supaya lebih ekonomis daripada kita bisa
melakukannya sendiri yang kalau dipikir-pikir harus menambah investasi dan
jumlah orang tentunya yang akan meningkatlan labor cost. Tetapi jika
kontraktor tidak dapat mempertahankan tingkat kualitas yang diperlukan atau
memenuhi jadwal pengiriman, subkontrak mungkin tidak efektif.
4.2 Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)Benefit cost ratio (B/C Ratio) adalah untuk menentukan sejauh mana efisiensi
suatu usaha itu dijalankan yang diperoleh dengan cara membagikan total hasil
produksi dengan total biaya produksi. Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk
mengetahui tingkat efsiensi suatu usaha dapat digunakan parameter tingkat
keuntungan dan kerugian suatu usaha yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan
dibagi besarnya pengeluaran. Secara matematis dituliskan :
B/C = Total hasil produksi / Total biaya produksi
dimana bila :
B/C Ratio > 1 : efisien
B/C Ratio = 1 : impas
B/C Ratio < 1 : tidak efisien
Contoh:
Dalam suatu proyek pengendalian banjir ada 2 alternatif yang diusulkan. Alternatif pertama yaitu memperbaiki saluran (S) untuk memperlancar aliran sungai dan alternatif kedua membangun dam dan reservoir (D & R).Taksiran kerusakan akibat banjir tiap tahun j ika t idak ada pengendalian banjir(TP) adalah Rp 480.000.000. Jika alternatif S dibangun kerugian tersebut dapat dikurangi menj adi Rp 105.000.000 dan jika alternatif D & P dibangun kerugian tersebut berkurang menjadi Rp.55.000.000 (Dalam praktek nilai taksiran tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan metode statistika, yaitu sebagai nilai ek s p ekt a s i (expected value), karena kerugian tiap tahun beruhah sesuai dengan besar – kecilnya banjir yang timbul).
Biaya perbaikan saluran ditaksir Rp 2.900.000 dan biaya pemeliharaannya tiap tahun ditaksir Rp 35.000.000. Kedua macam biaya tersebut dibebankan pada anggaran pemerintah. Biaya pembangunan dam dan reservoir (D & R) ditaksir Rp 5.300.000.000 dan ditaksir biaya pengoperasian dan pemeliharaannya tiap tahun Rp 40.000.000. Kedua biaya tersebut dibebankan pada anggaran pemerintah. Pembangunan D & R mempunyai akibat samping yang merugikan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. (Dalam analisis ekonomi ini disebut disbenefit/benefit negatif/malefit). Yaitu : pembangunan dam merugikan hasil perikanan rakyat yang ditaksir jumlahnya Rp 28.000.000 tiap tahun, sedangkan pembangunan reservoir merugikan hasil pertanian dan peternakan karena berkurangnya lahan dan ditaksir jumlahnya Rp.10.000.000 tiap tahun. Berdasarkan data di atas akan diselidiki alternatif mana yang paling ekonomis dengan i = 6 % dan umur teknis 50 tahun.
Penyelesaian :
Dalam perhitungan disini digunakan benefit dan cost tiap tahun untuk memudahkan, sebab data yang tersedia dalam tahunan. Pertama dibandingkan terlebih dahulu alternatif perbaikan saluran (S) dengan alternatif tidak ada pengendalian banjir (TP). Keuntungan tiap tahun disini adalah berkurangnya kerugian akibat banjir karena adanya alternatif S dibandingkan dengan alternatif TP. Sedangkan biaya tiap tahun adalah capital recovery cost dan biaya pemeliharaan alternatif S .
B (S – TP) = 480.000.000 – 105.000.000 = 375.000.000
C (S – TP ) = 2900.000.000 (A/P, 6%,50 + 35.000.000 = 219.000.000
B/C = 375.000.000/219.000.000 = 1,71
Karena B/C > 1 berarti pembangunan saluran manfaat yang besar dibandingkan tanpa pengendalian banjir sama sekali.
Selanjutnya dihitung perbandingan incremental B/C antara altarnatif D & R dengan alternatif S :
B (D & R – S) = (105.000.000 – 55.000.000) – (28.000.000 + 10.000.000) = 12.000.000
C (D & R– S) = 5300.000.000 (A/P, 6%, 50) + 40.000.000
2900.000.000 (A/P, 6%,50) + 35.000.000 = 157.000.000
B/C = 12.000.000 / 157.000.000 = 0.08
Karena B/C – 0,08 alternatif S lebih bermanfaat dibandingkan alternatif D & R.
Periode
pengembalian – payback period
Periode “Payback” menunjukkan
berapa lama (dalam beberapa tahun) suatu investasi akan bisa kembali. Periode “Payback”
menunjukkan perbandingan antara “initial investment” dengan
aliran kas tahunan, dengan rumus umu sebagai berikut :
Nilai Investasi
Payback Period = _______________
Proceed
Apabila
periode payback kurang dari suatu periode yang telah ditentukan proyek
tersebut diterima, apabila tidak proyek tersebut ditolak.
Jangka
waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan –
penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut juga untuk mengukur
kecepatan kembalinya dana investasi.
Kebaikan dan Kelemahan Payback
Method
Kebaikan Payback Method
1)
Digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian
investasi dengan resiko yang besar dan sulit.
2)
Dapat digunakan untuk menilai dua proyek investasi yang mempunyai rate of
return dan resiko yang sama, sehingga dapat dipilih investasi yang jangka
waktu pengembaliannya cepat.
3)
Cukup sederhana untuk memilih usul-usul investasi.
Kelemahan
Payback
Method
1) Tidak
memperhatikan nilai waktu dari uang.
2) Tidak
memperhitungkan nilai sisa dari investasi.
3) Tidak
memperhatikan arus kas setelah periode pengembalian tercapai.
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
a - b
Payback
Period = n +_____ x 1 tahun
c - b
n
= Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi
mula-mula
a
= Jumlah investasi mula-mula
b
= Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
c
= Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya sama
Investasi awal
Payback
Period = ____________ x 1 tahun
Arus kas
Periode
pengembalian lebih cepat : layak
Periode
pengembalian lebih lama : tidak layak
Jika
usulan proyek investasi lebih dari satu maka periode pengembalian yang lebih
cepat yang dipilih
Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya berbeda
Suatu
usulan proyek investasi senilai Rp. 600 juta dengan umur ekonomis 5 tahun,
Syarat periode pengembalian 2 tahun, dengan tingkat bunga 12% per tahun, dan
arus kas pertahun adalah :
Tahun
1 RP. 300 juta
Tahun
2 Rp. 250 juta
Tahun
3 Rp. 200 juta
Tahun
4 Rp. 150 juta
Tahun
5 Rp. 100 juta
Arus kas dan arus kas kumulatif
Tahun
|
Arus kas
|
Arus kas kumulatif
|
1
|
300.000.000
|
300.000.000
|
2
|
250.000.000
|
550.000.000
|
3
|
200.000.000
|
750.000.000
|
4
|
150.000.000
|
900.000.000
|
5
|
100.000.000
|
1.000.000.000
|
Periode Pengembalian
a - b
= n +_____ x 1 tahun
c
- b
Rp 600jt -
Rp 550jt
=2 + _______________ x 1 tahun
Rp 750jt - Rp 550jt
= 2,25 tahun atau 2 tahun 3 bulan
Periode
pengembalian lebih dari yang disyaratkan oleh perusahaan maka usulan proyek
investasi ini di tolak
4.4 Break event point
Break event point adalah suatu
keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun
rugi/ impas (penghasilan = total biaya)
BEP amatlah penting kalau kita
membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau
manufaktur, diantara manfaat BEP adalah
1. alat perencanaan
untuk hasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai
berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan
memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
3 Mengevaluasi laba dari perusahaan
secara keseluruhan
4 Mengganti system laporan yang
tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
Setelah kita mengetahui betapa
manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini
yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap,
dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu
biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya
yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya
variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi
jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini
Salah satu kelemahan dari BEP yang
lain adalah Bahwa hanya ada
satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka
kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika
dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya
mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi
yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya.
Bagaimana cara menghitungnya?
yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya.
Bagaimana cara menghitungnya?
Untuk menghitung BEP kita bisa
hitung dalam bentuk unit atau price tergantung untuk kebutuhan
RUMUS PENGHITUNGAN BREAK EVENT POINT
(BEP)
Break
event point dengan cara matematis ini dibagi menjadi 2, yaitu BEP dalam rupiah
dan BEP dalam jumlah atau unit.
1. BEP atau titik impas dalam unit
Rumusnya
:
BEP = Biaya Tetap : ( Harga Jual Per Unit :
Biaya Variabel Rata-rata )
2.
BEP untuk titik impas dalam rupiah
Rumusnya :
BEP = Biaya Tetap : 1 – ( Biaya Variabel
Rata-rata : Harga Jual Per Unit )
Contoh
penghitungan BEP (break event point )
Anda
berjualan macam –macam jus buah.Biaya tetap yang anda keluarkan adalah 250.000
rupiah. Biaya variabelnya sebesar 3.000 rupiah per unit .kemudian anda berniat
menjual macam-macam jus buah tersebut dengan harga 5.000 rupiah per
gelas. Maka titik impas atau BEP –nya adalah :
JAWAB
:
1. BEP (
dalam unit ) = Biaya Tetap : (harga Jal Per Unit : Biaya Variabel Rata-rata)
BEP
( dalam unit ) = 250.000 : (5.000 – 3.000) =125 Unit
2.
BEP
(dalam rupiah ) = Biaya Tetap : 1 – ( Biaya Variabel Rata-rata : Harga Jual Per
Unit )
BEP
( dalam rupiah ) = 250.000 : 1 - (3.000 – 5.000) = 625.000 rupiah
Jadi
anda harus berjualan jus buah sebanyak 125 gelas atau menjual sebesar 625.000
rupiah agar anda mencapai titik impas. Maksudnya adalah 125 gelas atau 625.000
rupiah tadi sudah bisa anda gunakan buat bayar semua pengeluaran usaha jus anda
tanpa anda harus rugi. Dan apabila anda mampu menjual 126 gelas, berarti yang
satu gelas tadilah keuntungan anda.
4.5 ANALISIS
SENSITIVITAS
Analisis
sensivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari
perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja system
produksi dalam menghasilkan keuntungan.
Dengan
melakukan analisis sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari
perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya.
Contoh :
· Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi tingkat
kelayakan.
Alasan
dilakukannya analisis sentivitas adalah untuk mengantisipasi adanya
perubahan-perubahan berikut :
1. Adanya
cost overrn, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan
baku, produksi, dsb.
2. Penurunan produktivitas
3. Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek
TUJUAN ANALISIS SENSITIVITAS
Menilai
apa yang terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau
bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat
1. Analisis
kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya di dasarkan pada
proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi
di waktu yang akan datang
2. Analisis
pasca criteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi
dengan kondisi ekonomi dan hasil analisisbisnis jika terjadi perubahan atau
ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat
Bisnis sangat sensitivitas terhadap
perubahan akibat beberapa hal :
1. Harga
2. Keterlambatan pelaksanaan
3. Kenaikan biaya
4. Ketidaktetapan dan perkiraan hasil (produksi)
CONTOH PERHITUNGAN
ANALISIS SENSITIVITAS
Sebuah
penghitungan padi mempunyai arus kas seperti terlihat pada table analisis
penggilingan padi. pada table tersebut juga telah dilakukan penyelesaian dengan
menghitung nilai NPV, IRR dan B/C. analisis dilakukan pada tingkat discount
factor 15% per tahun.
Table analisis
penggilingan padi (dalam ribu Rp)
Tahun
|
C
|
B
|
B - C
|
DF 15%
|
NPV 15%
|
DF 30%
|
NPV 30%
|
DF 50%
|
NPV 50%
|
0
|
5000
|
0
|
-5000
|
1
|
-5000
|
1
|
-5000
|
1
|
-5000
|
1
|
3000
|
4000
|
1000
|
0.87
|
870
|
0.769
|
769
|
0.667
|
667
|
2
|
2500
|
4000
|
1500
|
0.756
|
1134
|
0.592
|
888
|
0.444
|
666
|
3
|
2500
|
5000
|
2500
|
0.658
|
1645
|
0.455
|
1137.5
|
0.296
|
740
|
4
|
2000
|
5000
|
3000
|
0.572
|
1716
|
0.35
|
1050
|
0.198
|
594
|
5
|
2000
|
5000
|
3000
|
0.497
|
1491
|
0.269
|
807
|
0.132
|
396
|
6
|
2000
|
5000
|
3000
|
0.432
|
1296
|
0.207
|
621
|
0.088
|
264
|
7
|
2000
|
5000
|
3000
|
0.376
|
1128
|
0.159
|
477
|
0.059
|
177
|
8
|
2000
|
7000
|
5000
|
0.327
|
1635
|
0.123
|
615
|
0.039
|
195
|
NPV =
|
5915
|
1364.5
|
-1301
|
Hasil analisis :
NPV
(pada tingkat discount rate 15% per tahun ) = Rp 5915
870+1134+1645+1716+1491+1296+1128+1635
Net
B/C = 5000
= 2.183
1365000
X (50 – 30)
IRR = 30 + 1365000 – (-1301000)
= 40.24 %
BAB 5
Depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset
selama umur
manfaatnya. Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan
keuangan, termasuk penghasilan kena pajak
suatu perusahaan.
Tahukah
anda bahwa AT yang dimiliki suatu perusahaan akan mengalami penyusutan AT
tersebut kecuali Tanah. Misalnya kendaraan yang dibeli untuk digunakan
mengangkut barang hasil produksi, tentu untuk jika waktu tentang kendaraan
tersebut akan memiliki nilai yang lebih rendah di banding ketika dibeli.
Hal-hal
yang menyebabkan penyusutan:
1.
Faktor Teknis
a. rusak
b. aus
c. bencana alam
dll
2. Faktor Ekonomis
a. Harga perolehan
b. nilai sisa
c. Umur ekonomis
d. Metode penyusutan yang digunakan
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan. Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan.
2. Harus mempunyai umur manfaat tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari setahun.
3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/ kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
4. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi.
Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi:
- nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal (personal property) seperti mesin-mesin, kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang sejenis; dan properti riil (real property) seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut.
- tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak cipta, paten atau franchise.
Depresiasi merupakan komponen penting dalam analisis ekonomi teknik, karena:
1. Dapat dipergunakan untuk mengetahui nilai suatu asset sesuai dengan waktu.
2. Dapat dipergunakan untuk mengalokasikan depresiasi (accounting depreciation) nilai asset tersebut. Pengalokasian tersebut dipergunakan untuk menjamin bahwa asset yang telah diinvestasikan dapat diperoleh kembali setelah masa layannya selesai.
3. Dengan depresiasi dapat dipergunakan untuk pengurangan pengenaan pajak dengan jalan bahwa asset yang diinvestasikan diperhitungkan sebagai biaya produksi, sehingga hal ini berkaitan dengan pajak.
Metode Penyusutan
Untuk menghitung jumlah penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode
antara lain:
1.
Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Dalam
metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun selama umur
ekonomis sama besar, shg jika dibuatkan grafiknya terhadap waktu, dan akumulasi
biaya akan berupa garis lurus.
Cara Menghitung:
Besar penyusutan tiap tahun dapat
dihitung dgn rumus:
Besar
Penyusutan = Harga Perolehan-Nilai Sisa
Umur Ekonomis
Contoh:
Tgl 1 Agustus 2000 PT ABC membeli sebuah mobil Toyota Kijang seharga Rp
170.000.000,-. Untuk biaya balik nama, pengujian, dan keperluan lainnya
dibayar Rp. 5.000.000,-. Mobil tsb ditaksir memiliki umur ekonomis
5 tahun dengan nilai sisa Rp 50.000.000,-
Diminta:
Hitunglah penyusutan pada tahun 2000
Buatlah tabel penyusutan selama 5 tahun
Penyelesaian:
Penyusutan th 2000 dihitung dari tgl 1
Agustus 2000 s/d 31 Des 2000 = 5 bulan:
Besar Penyusutan th 2000 = 5
x (175.000.000-50.000.000)
12
5
= 11.250.000
2. Metode Tarif Tetap atas Nilai
Buku
Pada metode ini, penentuan besar penyusutan dilakukan dengan cara
pengalokasian harga perolehan AT dgn persentase ttt dr nilai
buku utk setiap periode akuntansi. Ada dua cara yakni dgn metode
saldo menurun dan metode saldo menurun ganda.
Cara
menghitung :
a. Metode
Saldo Menurun (Declining Balance Method)
Langkah2 perhitungan:
1. Tentukan tarif penyusutan
Tarif = 1- ns 1/n
hp
Tentukan besar penyusutan
Besar Penyusutan = Tarif x Nilai Buku
Nilai Buku = Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan
Contoh:
Tgl 1 Feb 2001 PT ABC membeli sebuah mesin bubut Rp 350.000.000,-. Untuk
biaya pemasangan dan keperluan
lainnya dibayar Rp 10.000.000. Mesin tsb ditaksir memiliki
umur ekonomis 8 tahun dgn nilai sisa Rp. 60.000.000,-.
Diminta :
a. Hitunglah
penyusutan pada tahun 2001
b. Buatlah tabel penyusutan selama 8 tahun
Cara
menghitung
Penyelesaian:
Tarif = 1 – (60.000.000/360.000.000) 1/8 = 0,20066 = 20,07 %
a. Penyusutan tahun 2001 dihitung dari tanggal 1 Feb 2001 s.d 31 Des 2001 = 11
bulan
Besar
penyusutan tahun 2001 = 11/12 x 20,06 % x 360.000.000
= 66.198.000
Untuk tahun 2002 s.d 2008
Besar Penyusutan = Tarif x Nilai Buku
Besar Penyusutan tahun 2009 = 1/12 x 20,06 % x 61.291.995
= 1.024.596
b. Metode
Saldo Menurun Ganda (Double Declining Method)
Langkah-langkah Perhitungan:
1. Tentukan Tarif penyusutan
Tarif = 2 x (100%/UE)
2. Besar
Penyusutan = Tarif x Nilai Buku
Nilai Buku =
Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan
Tarif = 2 x (100%/8)
= 25 %
a. Penyusutan th 2001 dihitung tgl 1 Feb 2001 s.d 31 Des 2001 = 11 bulan
Besar
penyusutan th 2001 = 11/12 x 25 % x 360.000.000
= 82.500.000
Untuk th 2002 s.d 2008
Besar penyusutan ke n = tarif x nilai buku n-1
Besar penyusutan th 2009 = 1/12 x 25
% x 37.041.77
=771.704
3. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the years Digits
Method)
Langkah-langkah
perhitungan:
1.
Tentukan jumlah angka tahun (JAT)
JAT = nx ((n+1)/2)
2.
Tentukan besar penyusutan
Besar Penyusutan = AT x (HP-NS)
JAT
Contoh:
Tanggal 1 Mei 2000 CV ABC membeli sebuah mesin 9fotocopy seharga Rp.
50.000.000. mesin fotocopy tsb ditaksir memiliki umur ekonomis 4 tahun dgn
nilai sisa Rp. 5.000.000.-
Diminta:
a. Hitung Penyusutan tahun 2000-2005
b. Buatlah tabel penyusutan
Cara menghitung
Penyelesaian:
JAT = 4 x (4+1) = 10
atau JAT = 4+3+2+1 = 10
2
a. Penyusutan tahun 2000 dihitung dr
tgl 1 Mei 2000 s.d 31 des 2000 = 8 bulan
Penyusutan tahun 2000
Besar Penyusutan = 8/12 x 4/10 x
(50.000.000 – 5.000.000)
= 12.000.000
Penusutan Tahun 2001
Besar Penyusutan=
4/12 x 4/10 x (50.000.000-5.000.000) =
6.000.000
8/12 x 3/10 x (50.000.000-5.000.000) = 9.000.000
15.000.000
Penyusutan tahun 2002
Besar Penyusutan = 4/12 x 3/10 x
(50.000.000-5.000.000) = 4.500.000
8/12 x 2/10 x (50.000.000-5.000.000)
= 6.000.000
10.500.000
Penyusutan tahun 2003
Besar Penyusutan = 4/12 x 2/10 x
(50.000.000-5.000.000) = 3.000.000
8/12 x 1/10 x (50.000.000-5.000.000) = 3.000.000
6.000.000
Penyusutan tahun 2004
Besar penyusutan = 4/12 x 1/10 x
(50.000.000-5.000.000) = 1.500.000
4. Metode Unit Produksi (Unit of Production Method)
Caranya:
Tentukan
besar penyusutan = produksi nyata x (HP-NS) / kapasitas produksi
Contoh:
Sebuah
mesin dibeli seharga Rp. 250.000.000,- ditaksir memiliki umur ekonomis selama 5
tahun atau 500.000 jam kerja dan diperkirakan memiliki nilai sisa sebesar Rp.
50.000.000,-. Hitunglah besar penyusutan bila diketahui jam kerja setiap tahun
sbb:
Tahun
ke 1 = 100.000 jam
Tahun
ke 2 = 120.000 jam
Tahun
ke 3 = 130.000 jam
Tahun
ke 4 = 80.000 jam
Tahun
ke 5 = 70.000 jam
Penyelesaian:
Besar Penyusutan tahun 1 =
100.000 x 250.000.000 – 50.000.000 =
Rp. 40.000.000
500.000
Besar Penyusutan tahun 2 =
120.000 x 250.000.000 – 50.000.000 =
Rp. 48.000.000
500.000
Besar Penyusutan tahun 3 =
130.000 x 250.000.000 – 50.000.000 =
Rp. 52.000.000
500.000
Besar Penyusutan tahun 4 =
80.000 x 250.000.000 – 50.000.000 =
Rp. 32.000.000
500.000
Besar Penyusutan tahun 5 =
70.000 x 250.000.000 – 50.000.000 =
Rp. 28.000.000
500.000
5.2 UMUR EKOMONIS
umur ekonomis adalah Depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi adalah penyebaran biaya asal suatu aktiva tetap (bangunan, alat, komputer, dll) selama umur perkiraannya. Penerapan depresiasi akan mempengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan. Metode yang paling mudah dan paling sering digunakan untuk menghitung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus (straight-line depreciation). Tapi selain itu, ada pula metode penghitungan lain yang bisa juga digunakan, seperti metode penyusutan dipercepat, penyusutan jumlah angka tahun, dan saldo menurun ganda. Kali ini kita akan lebih membahas apa itu arti dan kegunaan umur ekonomis dalam dunia bidang ekonomi dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.Tujuan menentukan umur ekonomis :
Kalau kita salah menentukan umur ekonomis akan meningkatkan ongkos rata-rata tanpa disdari, missal waktu operasi akan menurun, ongkos perawatan akan naik.
Umur ekonomi menurut kegunaannya dibagi menjadi dua jenis, yaitu
1. Umur ekonomi
aset baru
Umur ekonomi aset akan meminimasi
ekuivalen biaya tahunan seragam (equivalent uniform annual cost – EUAC)
kepemilikan dan pengoperasian aset. Sangat penting untuk mengetahui umur
ekonomi aset baru (penantang) berdasarkan prinsip bahwa aset baru dan aset lama
harus dibandingkan berdasarkan umur ekonomi (optimum) mereka.
MENENTUKAN UMUR EKONOMI ASET BARU
(PENANTANG)
Sangat penting mengetahui umur
ekonomi, EUAC minimum dan total biaya tahun demi tahun atau biaya tambahan
untuk aset baru maupun aset lama sehingga keduanya dapat dibandingkan
berdasarkan evaluasi terhadap umur ekonomi dan biaya yang paling hemat
keduanya.Untuk sebuah aset baru, umur ekonominya dapat dihitung jika investasi
modal,biaya tahunan dan nilai pasar per tahun diketahui atau dapat diestimasi
Analisis sebelum pajak
PWk (i%) = I – MVk
(P/F,i%,k) + SEj (P/F,i%,j)
TCk (i%) = MVk-1
– MVk + iMVk-1 + Ek
Contoh
Sebuah truk forklift baru akan
memerlukan investasi sebesar $20.000 dan diharapkan memiliki nilai pasar akhir
tahun serta biaya tahunan seperti diperlihatkan pada tabel dibawah ini. Jika
MARR sebelum pajak adalah 10% per tahun, berapa lama aset tersebut harus
dipertahankan kegunaannya?
Jawab :
Penentuan umur ekonomi N sebelum
pajak aset baru :
(1)Akhir
tahun,k
|
Biaya
penggunaan pada tahun, k
|
EUAC
tahun k
|
||||
(2)MV,
akhir tahun, k
|
(3)Penyusutan
aktual selama tahun, k
|
(4)Biaya
modal = 10% dari MV awal tahun
|
(5)Biaya
tahunan (Ek)
|
(6)
= (3)+(4)+(5)Total biaya (marginal) tahun k (TCk)
|
(7)EUACk=[STCj(P/F,10%,j)](A/P,10%,k)
|
|
0
|
$20.000
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
15.000
|
$5.000=20.000-15.000
|
$2.000=
20.000×0,1
|
$2.000
|
$9.000
|
$9.000
|
2
|
11.250
|
3.750=15.000-11.250
|
1.500=
15.000×0,1
|
3.000
|
8.250
|
8.643
|
3
|
8.500
|
2.750=11.250-8500
|
1.125=11.250×0,1
|
4.620
|
8.495
|
8.600®
EUAC minimum (N*=3)
|
4
|
6.500
|
2.000=8500-6500
|
850=8500×0,1
|
8.000
|
10.850
|
9.082
|
5
|
4.750
|
1.750=6500-4750
|
650=6.500×0,1
|
12.000
|
14.400
|
9.965
|
Asumsi : semua arus kas terjadi pada
setiap akhir tahun.
Kolom 3 : Penyusutan aktual untuk
setiap tahun adalah perbedaan antara nilai pasar awal dan akhir tahun.
Penyusutan untuk masalah ini tidak dihitung berdasarkan metode formal namun
didasarkan pada hasil kekuatan ekspektasi pasar.
Kolom 4 : Opportunity cost modal
pada tahun k adalah 10% dari modal yang tidak direcover (diinvestasikan dalam
aset) pada awal masing-masing tahun.
Kolom 7 : Equivalent uniform annual
cost (EUAC) yang akan timbul setiap tahun jika aset tersebut dipertahankan
penggunaannya sampai tahun k, dan selanjutnya digantikan pada akhir tahun. EUAC
minimum terjadi pada akhir tahun N*. ® Pada aset disini memiliki EUAC minimum
jika dipertahankan kegunaannya hanya selama tiga tahun (yaitu N*=3).
EUAC2 (10%)=
$20.000(A/P,10%,2)-$11.250(A/F,10%,2) + [$2.000(P/F,10%,1)
+ $3.000(P/F,10%,2)](A/P,10%,2)
= $8.643
2.
Umur ekonomi aset lama
Pembandingan aset baru dengan lama
harus dilakukan secara hati-hati karena melibatkan umur yang berbeda.
Aset lama harus dianggap memiliki umur lebih lama dibanding umur ekonomi
sebenarnya sepanjang biaya marginalnya kurang dari EUAC minimum aset
baru.
MENENTUKAN UMUR EKONOMI ASET LAMA
Jika tidak ada MV aset lama saat ini
atau nanti (dan tidak ada pengeluaran untuk perbaikan) dan jika biaya operasi
aset lama diperkirakan akan meningkat setiap tahun, maka sisa umur ekonomi yang
menghasilkan EUAC paling kecil akan satu tahun.
Jika MV lebih besar dari nol dan
diharapkan menurun dari tahun ke tahun, maka perlu dilakukan perhitungan sisa
umur ekonomi. Penundaan (postponement) umumnya diartikan sebagai penundaan
keputusan mengenai kapan akan melakukan penggantian, bukan mengenai keputusan
untuk menunda penggantian sampai tanggal masa datang tertentu.
Contoh
Misalnya ingin diketahui berapa lama
sebuah truk forklift harus dipertahankan kegunaannya sebelum diganti dengan
truk forklift baru yang data-datanya diberikan pada contoh 3. Truk lama dalam
kasus ini sudah berusia dua tahun, yang dibeli dengan biaya $13.000 dan
memiliki MV yang dapat dicapai saat ini (realizable MV) sebesar $5.000.
Jika dipertahankan, nilai pasar dan biaya tahunannya diperkirakan akan seperti
berikut :
Akhir
tahun k
|
MV
akhir tahun k
|
Biaya
tahunan, Ek
|
1
|
$4.000
|
$5.500
|
2
|
3.000
|
6.600
|
3
|
2.000
|
7.800
|
4
|
1.000
|
8.800
|
Tentukan periode paling ekonomis
untuk tetap mempertahankan aset lama sebelum menggantinya dengan aset pengganti
yang ada pada contoh 3. Biaya modal adalah 10% per tahun.
Jawaban :
Penentuan umur ekonomi aset lama
(1)Akhir
tahun, k
|
(2)Penyusutan
aktual selama tahun k
|
(3)Biaya
modal = 10% dari MV awal tahun (*)
|
(4)Biaya
tahunan (Ek)
|
(5)Total
biaya (marjinal) atau tahun (TCi)
=(2)+(3)+(4)
|
(6)EUAC
sampai tahun k
|
1
|
$1.000
|
$500
|
$5.500
|
$7.000
|
$7.000
|
2
|
1.000
|
400
|
6.600
|
8.000
|
7.474
|
3
|
1.000
|
300
|
7.800
|
9.100
|
7.966
|
4
|
1.000
|
200
|
8.800
|
10.000
|
8.406
|
(*) tahun satu berdasarkan MV yang
dapat dicapai sebesar $5.000
Perhatikan bahwa EUAC minimum
sebesar $7.000 berkaitan dengan mempertahankan aset lama satu tahun lagi.
Namun, biaya marjinal mempertahankan truk untuk tahun kedua adalah sebesar
$8.000, yang masih tetap lebih kecil dari EUAC minimum aset pengganti (yaitu
$8.600 dari contoh 3). Biaya marjinal untuk mempertahankan aset lama pada tahun
ketiga dan tahun selanjutnya lebih besar dari $8.600 EUAC minimum truk baru.
Berdasarkan data yang ada saat ini, paling ekonomis untuk mempertahankan aset
lama selama dua tahun lagi dan selanjutnya menggantinya dengan aset baru.
BAB 6
6.1 Analisa Replacement
Sebuah keputusan
yang seringkali dihadapi oleh perusahaan atau organisasi
pemerintah, maupun oleh setiap individu
adalah apakah aset yang ada saat ini harus dihentikan dari
penggunaannya
dan
diganti dengan
aset yang baru,
atau diteruskan setelah dilakukan
perbaikan. Karena tekanan persaingan
di era globalisasi yang terus berkembang, maka kebutuhan akan kualitas
barang dan jasa yang lebih baik, waktu tanggapan yang lebih cepat, serta
perubahan – perubahan yang lain, menyebabkan
keputusan seperti diatas makin sering
terjadi. Oleh karena itu, masalah replacement memerlukan analisis yang tepat agar dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan logis yang dapat memperbaiki efisiensi operasi, serta memperkokoh keberadaan perusahaan dalam menghadapi persaingan
di era globalisasi sekarang ini.
2.1.1 Alasan – alasan Replacement
Menurut I Nyoman Pujaman ( 1995, p223 –
225), berbagai alasan dapat menjadi
penyebab perubahan ini, sayangnya berbagai perubahan ini kadang disertai dengan
faktor keuangan yang tidak menyenangkan. Ada beberapa alasan kenapa proses replacement
suatu peralatan perlu dilakukan, diantaranya adalah :
1. Adanya peningkatan permintaan terhadap suatu produk sehingga
dibutuhkan fasilitas produksi yang memiliki kapasitas
yang lebih besar. Tuntutan untuk
memperbesar kapasitas produksi bisa dipenuhi dengan
menambah alat – alat
baru dan tetap menggunakan fasilitas yang lama,
atau mengganti alat – alat yang lama dengan alat – alat yang baru
yang bisa memenuhi kebutuhan kapasitas. Keputusan seperti ini membutuhkan
analisa ekonomis dari replacement ( penggantian ).
2. Kebutuhan
untuk perawatan pada alat
– alat yang
dimiliki sudah berlebihan sehingga alat tersebut dinilai
sudah tidak ekonomis lagi untuk dipakai, walaupun secara fisik masih tetap berfungsi. Biaya yang dikeluarkan
untuk maintenance ( perawatan
) dan operasional untuk suatu peralatan akan terus meningkat dengan bertambahnya
masa pakai dari alat tersebut. Di sisi
lain, biaya investasi akan berkurang dengan semakin lamanya pemakaian alat
tersebut. Oleh sebab itu, ada saatnya dimana biaya maintenance (perawatan)
meningkat lebih cepat dari kontribusi penurunan biaya investasi, sehingga dikatakan bahwa pada saat-saat
seperti itu biaya perawatan sudah berlebihan.
3. Terjadi penurunan fungsi fisik peralatan
sehingga akan berakibat
menurunnya efisiensi operasi
dari alat tersebut. Beberapa hal yang
merupakan penurunan fungsi fisik
akibat pemakaian dari suatu alat adalah :
a. Penurunan output baik ditinjau dari kuantitas
yang bisa dihasilkan dalam suatu satuan waktu maupun kualitas dari outputnya.
b. Peningkatan
kebutuhan bahan bakar dan peningkatan persentase material yang terbuang sehingga berakibat
pada peningkatan biaya operasional.
c. Peningkatan kebutuhan suku cadang dan tenaga maintenance (perawatan)
yang berarti
bahwa biaya maintenance ( perawatan ) meningkat.
d. Kerusakan alat yang
terjadi lebih
sering dan setiap
kerusakan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperbaikinya.
e. Penurunan
kualitas kerja dari peralatan, misalnya
terjadinya peningkatan varian dari suatu dimensi
produk
yang
dihasilkan
karena
timbulnya keausan pada bagian – bagian mesin produksi.
4. Adanya alternatif untuk menyewa suatu
peralatan dan kebijakan ini lebih ekonomis
dari membeli atau memiliki sendiri alat tersebut.
5. Terjadinya
keusangan dari suatu peralatan karena
berkembangnya alat – alat baru dengan tingkat teknologi yang
lebih canggih. Beberapa hal yang bisa digolongkan sebagai penyebab usangnya
suatu peralatan adalah :
a. Peralatan tersebut tidak lagi
diperlukan.
b. Operator dari peralatan tersebut sulit
diperoleh.
c. Ada alat sejenis yang baru
yang
bisa
beroperasi
dengan
biaya
operasional dan perawatan yang lebih
rendah.
d. Ada sejenis alat yang baru yang bisa beroperasi dengan produktifitas
yang lebih tinggi.
Penurunan fungsi
fisik dan keusangan suatu peralatan bisa terjadi secara independen ataupun bisa berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada suatu metode standar yang bisa dipakai untuk mengkuantifikasikan
penurunan fungsi fisik maupun
keusangan dari suatu peralatan.
Untuk menentukan karakteristik
penurunan fisik ataupun keusangan suatu peralatan dibutuhkan observasi dan analisis data dengan seksama.
Referensi
repository.upi.edu/.../s_mat_0706443_chapter3.pdf
repository.usu.ac.id/bitstream/.../Chapter%20II.pdf
http://paybackperiods.blogspot.com/http://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/02/20/break-event-point-bep/
http://achmad-amirudin21.blogspot.com/2012/05/analisis-sensitivitas-titik-impas.html
http://haryono_putro.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19541/EKONOMI+TEKNIK+DIKTAT.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Depresiasi
http://blogtiara.wordpress.com/2011/03/28/depresiasi/
thesis.binus.ac.id/doc/Bab2Doc/2006-2-01301-MTIF-Bab%202.doc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar