Kamis, 31 Mei 2012

Manfaat Kerja Bakti

Saya teringat bahwa minggu pagi ini ada kerja bakti pembangunan talut di RW saya. Tak lupa mencari celana pendek di almari untuk ikut nimbrung kerja bakti bersama para tetangga. Material untuk pembangunan sudah dipersiapkan, beberapa warga desa lain juga sudah memulai pekerjaannya masing-masing. Mulai dari mengangkati batu, mencangkul tanah yang akan dipakai untuk pembangunan talut hingga mengukur jarak penalutan dengan benang agar nantinya bangunan teratur sesuai yang diharapkan.
Para warga begitu antusias melaksanakan kerja bakti ini, tua muda gotong royong memanfaatkan momentum ini agar pembangunan dapat berjalan dengan lancar dan tertib. Selanjutnya, karena saya sendiri bukan termasuk orang yang kompeten di bidang pembangunan, jadi cukuplah diriku sekedar ikut mengangkati batu belah. Seusai tanah dicangkul rapi, giliran batu-batu tersebut dipasangkan kedalamnya disertai adonan pasir dan semen. Semua ditata sedemikian rupa sehingga membentuk talut yang baik guna melancarkan aliran air selokan disaat musim hujan nanti.
Malam minggu sebelum pembangunan talut berlangsung, seluruh warga sempat berkumpul terlebih dahulu untuk membahas tentang persiapan pembangunan di minggu pagi ini. Waktu itu saya juga mendengarkan sekelumit ujaran yang diberikan oleh bapak RW kepada para warga yang datang dalam pertemuan mengenai makna kerja bakti jika ditelaah dalam dua sudut, yaitu kepentingan desa dan kemaslahatan umat.

Kerja bakti merupakan sarana kebersamaan antar warga guna membantu tercapainya kenyamanan desa dengan melakukan pembangunan-pembanguna yang bermanfaat bagi desa bersangkutan. Karena semua warga terutama pria berkumpul sedangkan ibu-ibu menyiapkan makan dan minum ala kadarnya, menjadikan rasa saling gotong royong dalam kerja bakti tersebut akan menciptakan kerukunan yang mungkin sulit dicapai pada kesempatan lain. Inilah momentum untuk membangun kerukunan antar warga.

Selain menjadi ajang kumpul-kumpul, kerja bakti dapat pula dijadikan sarana refreshing (olah raga), karena tak ayal lagi sebagian warga yang hanya bekerja di dalam kantor mungkin juga jarang menyempatkan diri untuk berolah raga, dan inilah sarana yang baik untuk menjajal kemampuan seluruh otot-otot tubuh mulai dari kaki hingga kepala, bukan hanya otot jari yang biasa digunakan di kantor untuk urusan mengetik keyboard.
Kerja bakti merupakan kegiatan yang tidak mengharapkan imbalan uang, dilakukan secara sukarela , hasilnya dapat dinikmati bersama-sama, dalam situasi sekarang ini memang sulit dilakukan karena kesibukan dan rasa egoisme dari pribadi. dalam lingkungan masyarakat yang majemuk / di perkampungan orang yang egois juga tidak mau melakukan kegiatan tersebut, yang penting membayar iuran .
Sedangkan jika ditinjau dari perspektif agama, pastilah ada kompensasi atau pahala dari Allah jika kerja bakti tersebut dilakukan dengan jiwa yang ikhlas ataupun dimaksudkan untuk kemaslahatan warga desa pada umumnya.
Pembangunan talut ini juga mengingatkan saya pada peristiwa Perang Khandaq di zaman Rasulullah. Dimana pada waktu itu para kaum muslimin dengan semangat Islam yang membara, bersama-sama membangun parit dimaksudkan untuk menghalau serangan yang akan dilancarkan oleh kaum kafir Quraisy. Bahkan pada saat itu pula Junjungan utama kita, Nabi agung Muhammad SAW, ikut langsung dalam pembangunan.
Dari cermin sejarah Islam di atas, alangkah mulianya jika kita dapat mengambil hikmah yang terkandung, mungkin akan bermanfaat diwaktu-waktu kerja gotong royong seperti ini. Tentunya dengan semangat dan jiwa yang ikhlas.
Kebersihan dan kelancaran selokan menjadi hal paling utama untuk diperhatikan dalam masalah banjir, fakta dilapangan selokan tidak dapat menampung air hujan walaupun hanya sekitar satu jam, banjir selalu akrab ditelinga kita yang bertempat di wilayah Jabotabek. Kesadaran warga dan pejabat untuk bekerjasama dalam mengatasi ini sangat diperlukan.

Budaya Politik yang Berkembang di Indonesia

Sejak negara Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai era reformasi saat ini dipandang dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia, negara kita dalam menjalankan roda pemerintahan dengan menggunakan demokrasi dibagi dalam empat masa. Pertama, masa Repubik Indonesia I (1945-1959) atau yang lebih dikenal dengan era Demokrasi Liberal atau Demokrasi Parlementer. Kedua, masa Republik Indonesia II (1959-1965) atau yang lebih dikenal dengan era Orde Lama atau Demokrasi Terpimpin. Ketiga, masa Republik Indonesia III (1965-1998) atau yang lebih dikenal dengan era Orde Baru atau Demokrasi Pancasila. Dan yang terakhir yang berlaku sampai saat ini adalah masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang) atau yang lebih dikenal dengan era Reformasi.
Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut dari setiap masa ke masa. Perkembangan demokrasi tersebut mempengaruhi pula stabilitas sistem politik Indonesia. Karena itu sangat penting untuk mengkaji berhasil atau tidaknya suatu rezim yang sedang atau telah berkuasa, diperlukan suatu kerangka kerja yang dapat digunakan untuk menjelaskan kehidupan ketatanegaraan. Dalam kajian ini adalah terkait dengan kehidupan politiknya. Ada dua kerangka kerja yang sering digunakan oleh para pengamat politik untuk melihat bagaimana kinerja sistem politik suatu negara. Karena salah satu sifat penting sistem politik adalah kemampuannya untuk dibedakan dengan sistem politik lainnya, seperti organisme dan individu misalnya. Kedua kerangka kerja tersebut adalah pendekatan struktural-fungsional dan pendekatan budaya politik. Dengan pendekatan struktural-fungsional akan dapat diketahui bagaimana struktur-struktur maupun fungi-fungsi politik suatu sistem politik bekerja. Sedangkan dengan pendekatan budaya politik akan dapat diketahui bagaimana perilaku aktor-aktor politik dalam menjalankan sistem politik yang dianut oleh negara masing-masing, dalam hal ini adalah elite maupun massanya (Budi Winarno, 2008: 18).
Karena pentingnya mempelajari perkembangan sistem politik di negara kita ini, maka dalam tulisan kali ini saya akan mencoba sedikit mengulas mengenai perkembangan sistem politik Indonesia dari mulai era Demokrasi Parlementer, era Demokrasi Terpimpin, era Demokrasi Pancasila, dan yang terakhir adalah era Reformasi dengan menggunakan kerangka kerja pendekatan budaya politik.
1. Era Demokrasi Parlementer (1945-1950)
Budaya politik yang berkembang pada era Demokrasi Parlementer sangat beragam. Dengan tingginya partisipasi massa dalam menyalurkan tuntutan mereka, menimbulkan anggapan bahwa seluruh lapisan masyarakat telah berbudaya politik partisipan. Anggapan bahwa rakyat mengenal hak-haknya dan dapat melaksanakan kewajibannya menyebabkan tumbuhnya deviasi penilaian terhadap peristiwa-peristiwa politik yang timbul ketika itu (Rusadi Kantaprawira, 2006: 190). Percobaan kudeta dan pemberontakan, di mana dibelakangnya sedikit banyak tergambar adanya keterlibatan/keikutsertaan rakyat, dapat diberi arti bahwa kelompok rakyat yang bersangkutan memang telah sadar, atau mereka hanya terbawa-bawa oleh pola-pola aliran yang ada ketika itu.
Para elite Indonesia yang disebut penghimpun solidaritas (solidarity maker) lebih nampak dalam periode demokrasi parlementer ini. Walaupun demikian, waktu itu terlihat pula munculnya kabinet-kabinet yang terbentuk dalam suasana keselang-selingan pergantian kepemimpinan yang mana kelompok adminitrators memegang peranan. Kulminasi krisis politik akibat pertentangan antar-elite mulai terjadi sejak terbentuknya Dewan Banteng, Dewan Gajah, dan PRRI pada tahun 1958 (Rusadi Kantaprawira, 2006: 191). Selain itu, dengan gaya politik yang ideologis pada masing-masing partai politik menyebabkan tumbuhnya budaya paternalistik. Adanya ikatan dengan kekuatan-kekuatan politik yang berbeda secara ideologis mengakibatkan fungsi aparatur negara yang semestinya melayani kepentingan umum tanpa pengecualian, menjadi cenderung melayani kepentingan golongan menurut ikatan primordial. Selain itu, orientasi pragmatis juga senantiasa mengiringi budaya poltik pada era ini.
2. Era Demokrasi Terpimpin (Dimulai Pada 5 Juli 1959-1965)
Budaya politik yang berkembang pada era ini masih diwarnai dengan sifat primordialisme seperti pada era sebelumnya. Ideologi masih tetap mewarnai periode ini, walaupun sudah dibatasi secara formal melalui Penpres No. 7 Tahun 1959 tentang Syarat-syarat dan Penyederhanaan Kepartaian. Tokoh politik memperkenalkan gagasan Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom). Gagasan tersebut menjadi patokan bagi partai-partai yang berkembang pada era Demorasi Terpimpin. Dalam kondisi tersebut tokoh politik dapat memelihara keseimbangan politik (Rusadi Kantaprawira, 2006: 196).
Selain itu, paternalisme juga bahkan dapat hidup lebih subur di kalangan elit-elit politiknya. Adanya sifat kharismatik dan paternalistik yang tumbuh di kalangan elit politik dapat menengahi dan kemudian memperoleh dukungan dari pihak-pihak yang bertikai, baik dengan sukarela maupun dengan paksaan. Dengan demikian muncul dialektika bahwa pihak yang kurang kemampuannya, yang tidak dapat menghimpun solidaritas di arena politik, akan tersingkir dari gelanggang politik. Sedangkan pihak yang lebih kuat akan merajai/menguasai arena politik.
Pengaturan soal-soal kemasyaraktan lebih cenderung dilakukan secara paksaan. Hal ini bisa dilihat dari adanya teror mental yang dilakukan kepada kelompok-kelompok atau orang-orang yang kontra revolusi ataupun kepada aliran-aliran yang tidak setuju dengan nilai-nilai mutlak yang telah ditetapkan oleh penguasa (Rusadi Kantaprawira, 2006: 197).
Dari masyarakatnya sendiri, besarnya partisipasi berupa tuntutan yang diajukan kepada pemerintah juga masih melebihi kapasitas sistem yang ada. Namun, saluran inputnya dibatasi, yaitu hanya melalui Front Nasional. Input-input yang masuk melalui Front Nasional tersebut menghasilkan output yang berupa output simbolik melalui bentuk rapat-rapat raksasa yang hanya menguntungkan rezim yang sedang berkuasa. Rakyat dalam rapat-rapat raksasa tidak dapat dianggap memiliki budaya politik sebagai partisipan, melainkan menujukkan tingkat budaya politik kaula, karena diciptakan atas usaha dari rezim.
3. Era Demokrasi Pancasila (Tahun 1966-1998)
Gaya politik yang didasarkan primordialisme pada era Orde Baru sudah mulai ditinggalkan. Yang lebih menonjol adalah gaya intelektual yang pragmatik dalam penyaluran tuntutan. Dimana pada era ini secara material, penyaluran tuntutan lebih dikendalikan oleh koalisi besar (cardinal coalition) antara Golkar dan ABRI, yang pada hakekatnya berintikan teknokrat dan perwira-perwira yang telah kenal teknologi modern (Rusadi Kantaprawira, 2006: 200).
Sementara itu, proses pengambilan keputusan kebijakan publik yang hanya diformulasikan dalam lingkaran elit birokrasi dan militer yang terbatas sebagaimanaa terjadi dalam tipologi masyarakat birokrasi. Akibatnya masyarakat hanya menjadi objek mobilisasi kebijakan para elit politik karena segala sesuatu telah diputuskan di tingkat pusat dalam lingkaran elit terbatas.
Kultur ABS (asal bapak senang) juga sangat kuat dalam era ini. Sifat birokrasi yang bercirikan patron-klien melahirkan tipe birokrasi patrimonial, yakni suatu birokrasi dimana hubungan-hubungan yang ada, baik intern maupun ekstern adalah hubungan antar patron dan klien yang sifatnya sangat pribadi dan khas.
Dari penjelasan diatas, mengindikasikan bahwa budaya politik yang berkembang pada era Orde Baru adalah budaya politik subjek. Dimana semua keputusan dibuat oleh pemerintah, sedangkan rakyat hanya bisa tunduk di bawah pemerintahan otoriterianisme Soeharto. Kalaupun ada proses pengambilan keputusan hanya sebagai formalitas karena yang keputusan kebijakan publik yang hanya diformulasikan dalam lingkaran elit birokrasi dan militer.
Di masa Orde Baru kekuasaan patrimonialistik telah menyebabkan kekuasaan tak terkontrol sehingga negara menjadi sangat kuat sehingga peluang tumbuhnya civil society terhambat.  Contoh budaya politik Neo Patrimonialistik adalah :
a. Proyek di pegang pejabat.
b. Promosi jabatan tidak melalui prosedur yang berlaku (surat sakti).
c. Anak pejabat menjadi pengusaha besar, memanfaatkan kekuasaan orang tuanya dan mendapatkan perlakuan istimewa.
d. Anak pejabat memegang posisi strategis baik di pemerintahan maupun politik.
4. Era Reformasi (Tahun 1998-Sekarang)
Budaya politik yang berkembang pada era reformasi ini adalah budaya politik yang lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit politik. Budaya seperti itu telah membuat struktur politik demokrasi tidak dapat berjalan dengan baik. Walaupun struktur dan fungsi-fungsi sistem politik Indonesia mengalami perubahan dari era yang satu ke era selanjutnya, namun tidak pada budaya politiknya. Menurut Karl D. Jackson dalam Budi Winarno (2008), budaya Jawa telah mempunyai peran yang cukup besar dalam mempengaruhi budaya politik yang berkembang di Indonesia. Relasi antara pemimpin dan pengikutnya pun menciptakan pola hubungan patron-klien (bercorak patrimonial). Kekuatan orientasi individu yang berkembang untuk meraih kekuasaan dibandingkan sebagai pelayan publik di kalangan elit merupakan salah satu pengaruh budaya politik Jawa yang kuat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus Dwiyanto dkk dalam Budi Winarno (2008) mengenai kinerja birokrasi di beberapa daerah, bahwa birokrasi publik masih mempersepsikan dirinya sebagai penguasa daripada sebagai abdi yang bersedia melayani masyarakat dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari perilaku para pejabat dan elit politik yang lebih memperjuangkan kepentingan kelompoknya dibandingkan dengan kepentingan rakyat secara keseluruhan.
Dengan menguatnya budaya paternalistik, masyarakat lebih cenderung mengejar status dibandingkan dengan kemakmuran. Reformasi pada tahun 1998 telah memberikan sumbangan bagi berkembangnya budaya poltik partisipan, namun kuatnya budaya politik patrimonial dan otoriterianisme politik yang masih berkembang di kalangan elit politik dan penyelenggara pemerintahan masih senantiasa mengiringi. Walaupun rakyat mulai peduli dengan input-input politik, akan tetapi tidak diimbangi dengan para elit politik karena mereka masih memiliki mentalitas budaya politik sebelumnya. Sehingga budaya politik yang berkembang cenderung merupakan budaya politik subjek-partisipan.
Menurut Ignas Kleden dalam Budi Winarno (2008), terdapat lima preposisi tentang perubahan politik dan budaya politik yang berlangsung sejak reformasi 1998, antara lain:
  1. Orientasi Terhadap kekuasaan
Misalnya saja dalam partai politik, orientasi pengejaran kekuasaan yang sangat kuat dalam partai politik telah membuat partai-partai politik era reformasi lebih bersifat pragmatis.
  1. Politik mikro vs politik makro
Politik Indonesia sebagian besar lebih berkutat pada politik mikro yang terbatas pada hubungan-hubungan antara aktor-aktor politik, yang terbatas pada tukar-menukar kepentingan politik. Sedangkan pada politik makro tidak terlalu diperhatikan dimana merupakan tempat terjadinya tukar-menukar kekuatan-kekuatan sosial seperti negara, masyarakat, struktur politik, sistem hukum, civil society, dsb.
  1. Kepentingan negara vs kepentingan masyarakat
Realitas politik lebih berorientasi pada kepentingan negara dibandingkan kepentingan masyarakat.
  1. Bebas dari kemiskinan dan kebebasan beragama

  2. Desentralisasi politik
Pada kenyataannya yang terjadi bukanlah desentralisasi politik, melainkan lebih pada berpindahnya sentralisme politik dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
Dengan demikian, budaya politik era reformasi tetap masih bercorak patrimonial, berorientasi pada kekuasaan dan kekayaan, bersifat sangat paternalistik, dan pragmatis. Hal ini menurut Soetandyo Wignjosoebroto dalam Budi Winarno (2008) karena adopsi sistem politik hanya menyentuh pada dimensi struktur dan fungsi-fungsi politiknya, namun tidak pada budaya politik yang melingkupi pendirian sistem politik tersebut.
Referensi:
Kantaprawira, Rusadi. 2006. Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengantar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke X.
Marijan, Kacung. 2010. Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Winarno, Budi. 2008. Sistem Politik Indonesia Era Reformasi. Yogyakarta: Media Pressindo.
http://politik.kompasiana.com/2012/05/30/budaya-politik-yang-berkembang-di-indonesia/

Rabu, 30 Mei 2012

Sistem Pemerintahan dan Lembaga-Lembaga Negara di Indonesia


Bukti bahwa Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial menurut UUD 1945:
1. Pasal 4:1 (Presiden RI memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang Undang Dasar')
2. Pasal 17:1 (Presiden dibantu menteri negara)
3. Pasal 17:2 (Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden)
4. Pasal 17:3 (Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan)
5. Pasal 17:4 (Pengubahan, pemgubahan, pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang)

Adanya prinsip2 pemerintahan presidensial sebab:
1. Presiden berfungsi sebagai Kepala Negara (simbol)
2. Presiden juga berfungsi sebagai kepala pemerintahan (eksekutif)
3. Presiden berhak menyusun kabinet tanpa persetujuan parlemen
4. Masa jabatan menteri tergantung kehendak presiden yang dapan menggantinya kapanpun
5. Menteri dan kabinet bertanggung jawab pada Presiden

1. Sistem Pemerintahan di Indonesia 

Sistem pemerintahan pada dasarnya adalah: hubungan dan tata kerja antar lembaga negara pelaksana kedaulatan rakyat yang diatur dalam konstitusi.

Sistem pemerintahan dibagi 2 menjadi:
a.parlementer: kekuasaan lebih besar di tangan parlemen.
b.presidensial: kekuasaan lebih besar di tangan presiden
Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer:
1. Ada dominasi parlemen (legislatif) dalam pemerintahan.
2. Kepala pemerintahan biasanya perdana menteri
3. Kepala negara berperan sebagai penengah bila terjadi konflik antara parlemen & kabinet
4. Kabinet bertanggung jawab pada parlemen
5. Contoh negara parlementer yaitu China

Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial:
1. Presiden memegang peran utama dalam pengelolaan kekuasaan eksekutif
2. Keseimbangan antara kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dilakukan dgn sistem check&balance (saling mengawasi dan menyeimbangkan)
3. Ada pemisah ketiga jenis kekuasaan negara melalui larangan rangkap jabatan
4. Contoh negara presedensial yaitu Indonesia

2. Lembaga-lembaga Pelaksana Kedaulatan Rakyat

Menurut UUD 45' ada sejumlah lembaga negara yg menjalankan kedaulatan rakyat dalam praktik kehidupan kenegaraan sehari-hari.

Lembaga-lembaga tersebut yaitu: DPR, MPR, DPD, Presiden & wakil presiden, MA, MK, KY, BPK

a. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)

Anggota MPR adalah seluruh anggota DPR dan DPD yg dipilih lewat pemilu. Susuna dan keanggotaan MPR diatur melalui UU.

4 kekuasaan MPR yaitu:

1. Mengubah UUD
2. Menetapkan UUD
3. Melantik Presiden dan Wakil Presiden yg dipilih rakyat lewat pemilu
4. Memberhentikan Presiden dan/atau wakil presiden 

b. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

DPR adalah lembaga pamegang kekuasaan pembuat undang-undang yang anggotanya dipilih dalam pemilu.

Fungsi DPR:

1. Legislasi: membentuk undang-undang
2. Anggaran: menetapkan APBN
3. Pengawasan: mengawasi Pemerintah dalam penyelenggaraan negara

Hak DPR:

1. Budget: menetapkan APBN
2. Inisiatif: mengajukan RUU
3. Angket: mengadakan penyelidikan terhadap masalah yg terjadi di lingkungan eksekutif
4. Menyatakan pendapat: menyampaikan pandangan atas tindakan/keterangan pemerintah
5.Interpelasi: meminta keterangan pada pemerintah mengenai kebijaksanaan pemerintah di bidang tertentu
6. Amandemen: mengubah RUU
7. Hak bertanya, menyampaikan usul pendapat, hak kekebalan (setiap anggotan DPR)

c. DPD (Dewan Perwakilan Daerah)
DPD adalah lembaga baru hasil amandemen UUD 45'. Anggotanya dipilih dari setiap provinsi lewat pemilu. Jumlah anggota DPD tak lebih dari sepertiga anggota DPR.

Hak-hak DPD:
1. Mengajukan RUU yg berhubungan dengan kepentingan daerah kepada DPR
2. Ikut serta membahas RUU tentang kepentingan daerah
3. Memberikan pertimbangan pd DPR atas RUU APBN dan RUU yg berkaitan dgn pajak, pendidikan, agama.
4. Mengawasi undang2 tentang kepentingan daerah
5. Menyampaikan hasil pengawasannya pada DPR

d. Presiden & Wakil Presiden
Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan (eksekutif) yg dibantu wakil presiden. Mereka dipilih lewat pemilu. Presiden memegang kekuasaan tertinggi angkatan darat, laut, dan udara

Hak & wewenang Presiden:

1. Mengajukan RUU pd DPR
2. Menetapkan PP utk menjalankan UU
3. Menyatakan perang, membuat perjanjian dan perdamaian dgn ngegara lain (persetujuan DPR)
4. Menyatakan keadaan bahaya
5. Mengangkat duta dan konsul
6. Menerima penempatan duta dari negara lain
7. Memberikan grasi dan rehabilitasi
8. Memberikan annesti dan abolsi
9. Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan, dll
10. Membentuk dewan pertimbangan yg bertugas memberi nasihat dan pertimbangan pada presiden

Presiden dan wakilnya bisa diberhentikan oleh MPR atas usul DPR jika: terbukti berkhianat pada negara, korupsi, penyuapan, dan tindak pidana lain. Atau karena tak lagi memenuhi syarat sebagai presiden

e. MA (Mahkamah Agung) 

Mahkamah Agung adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yg merdeka (bebas dari campur tangan pihak lain). MA membawahi:

1. Lingkungan peradilan hukum
2. Lingkungan peradilan agama
3. Lingkungan peradilan militer
4. Lingkungan peradilan tata usaha negara

Kewenangan MA: 

1. Mengadili pada tingkat kasasi
2. Menguji peraturan pernudang-undangan di bawah undang2 terhadap undang2
3. Melaksanakan wewenang lainnya yg diberikan oleh undang2
Anggota MA disebut hakim agung.

f. MK (Mahkamah Konstitusi)

MK adalah lembaga baru hasil amandeman UUD 45'. Merupakan salah 1 lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman
Wewenang MK:

1. Memutus pembubaran partai politik
2. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu
Dll
Anggota MK disebut hakim konstitusi

g. KY (Komisi Yudisial)
KY merupakan lembaga baru hasil amandemen UUD 45'. KY merupakan lembaga yg bertugas menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat hakim. Berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung, dll. Anggota KY diangkat dan diberhentika presiden dgn persetujuan DPR.

h. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

BPK merupakan lembaga yg bebas dan mandiri, bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab ttg keuangan negara. BPK berkedudukan di ibukota, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. Anggota BPK dipilih DPR memperhatikan pertimbangan DPD
 
Sumber :
http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/21/uu-122006-tentang-kewarganegaraan-antara-teori-dan-praktek/ 

Selasa, 01 Mei 2012


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP ( PLTU )


                             

                                                    MAKALAH

                                                DI SUSUN OLEH :

NAMA            : MUHAMMAD SUBHAN AMARULLAH
NPM               :14410613
JUR-FAK-TH : TEKNIK ELEKTRO-TEKNOLOGI INDUSTRI-2010
BLOG             : http://startlight99.blogspot.com/

DAFTAR ISI



DAFTAR ISI …………………………….………………………………………. ii
BAB I (PENDAHULUAN)
I.1. Latar Belakang ………………………………………………………………. 1
I.2. Tujuan Penulisan …………………………………………………………….. 1
I.3. Batasan Masalah ………………………………………………….…………. 1
BAB II (PEMBAHASAN)
II.1.Teori( Cara Kerja Generator) ……………………………………………….3
1.2 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)  ……………………..……….. 4
1.3 Macam-maca,m sistem utama pada PLT ………………………………..… 8
2.1 Data Lapangan…………………………………………………….. 14

DAFTAR PUSTAKA …………………………………..……………………… 17







BAB I
1.1 Latar Belakang
Listrik di Indonesia, menurut yang dilansir dari Koran Kompas beberapa waktu yang lalu sedang krisis. Beberapa pembangkit yang seharusnya menyuplai listrik ke pulau Jawa dan Bali mengalami kerusakan atau setidaknya mengalami penurunan daya listrik. Hal ini tentu saja membuat gusar beberapa orang, terutama yang nantinya mungkin akan mengalami pemadaman. Tapi sebenarnya seberapa tahu kita terhadap masalah ini? Atau lebih umumnya, apakah anda mengetahui bagaimana sebenarnya listrik diproduksi dan didistribusikan?
Untuk menjawab pertanyaan itulah, kenapa akhirnya saya mencoba membuat artikel umum mengenai pengetahuan perlistrikan kita, dan ingin mengajak pembaca untuk lebih melihat kedalam mengenai produksi listrik, khususnya di Jawa dan Bali.
Jenis pembangkit listrik :
Sebelum kita beranjak lebih jauh, maka sebelumnya saya mau mengajak anda untuk mengenal jenis-jenis pembangkit yang ada di Dunia saat ini.
Bila kita melakukan klasifikasi dari sisi bahan bakar, maka pembangkit akan dibagi menjadi beberapa jenis yang anda pasti sudah familiar:
  • Batubara
  • Nuklir
  • Gas
  • Panas Bumi
  • Biogas
  • Matahari, dan lainnya.
Dalam makalah ini saya akan membahas tentang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
1.2 Tujuan Penulisan
  • Untuk mempermudah mahasiswa dalam memahami tentang PLTU
  • Agar mahasiswa mengerti prinsip kerja PLTU
  • Agar mahasiswa bisa mengoperasikan PLTU
  • Agar mahasiswa paham tentang cara kerja generator
1.3  Batasan masalah
Masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini meliputi definisi, gambar, macam –macam (klasifikasi), prinsip kerja, pemasangan. Hal – hal diluar dari yang disebutkan tadi tidak akan dibahas dalam makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Teori
Cara Kerja Pengertian Generator; generator adalah meggunakan prinsip percobaannya faraday yaitu memutar magnet dalam kumparan atau sebaliknya, ketika magnet digerakkan dalam kumparan maka terjadi perubahan fluks gaya magnet (peribahan arah penyebaran medan magnet) di dalam kumparan dan menembus tegak lurus terhadap kumparan sehingga menyebabkan beda potensial antara ujung-ujung kumparan (yang menimbulkan listrik). syarat utama, harus ada perubahan fluks magnetik, jika tidak maka tidak akan timbul listrik. cara megubah fluks magnetik adalah menggerakkan magnet dalam kumparan atau sebaliknya dengan energi dari sumber lain, seperti angin dan air yang memutar baling2 turbin untuk menggerakkan magnet tersebut.

jika suatu konduktor digerakkan memotong medan magnet akan timbul beda tegangan di ujung2 konduktor tsb. Tegangannya akan naik saat mendekati medan dan turun saat menjauhi. Sehingga listrik yg timbul dalam siklus: positif-nol-negatif-nol (AC). Generator DC membalik arah arus saat tegangan negatif, menggunakan mekanisme cincin-belah, sehingga hasilnya jadi siklus: positif-nol-positif-nol (DC]

Beda Generator listrik DC dan AC
Generator DC : generator arus searah
Generator AC : generator arus bolak balik
Generator DC menggunakan "Comutator".
Generator AC menggunakan "Slip ring".

Generator atau pembangkit listrik yang sederhana dapat ditemukan pada sepeda. Pada sepeda, biasanya dinamo digunakan untuk menyalakan lampu. Caranya ialah bagian atas dinamo (bagian yang dapat berputar) dihubungkan ke roda sepeda. Pada proses itulah terjadi perubalian energi gerak menjadi energi listrik. Generator (dinamo) merupakan alat yang prinsip kerjanya berdasarkan induksi elektromagnetik. Alat ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWd4MNu0B_bHBm0L5ulZ6HAKS6TnSRmlO23zr4jkumgfydz6rqFpI1oFBWyMhyOU9S0DdMVtbMQGKnYsuXuBEX_WByGhPcQBjufQaJSgn9vzwGWpDgwDOdHGyzRkIXTqcIszt6LsikwLI/s1600/cara_kerja_generator.gif
Berkebalikan dengan motor listrik, generator adalah mesin yang mengubah energi kinetik menjadi energi listrik. Energi kinetik pada generator dapat juga diperoleh dari angin atau air terjun. Berdasarkan arus yang dihasilkan. Generator dapat dibedakan menjadi dua rnacam, yaitu generator AC dan generator DC. Generator AC menghasilkan arus bolak-balik (AC) dan generator DC menghasilkan arus searah (DC). Baik arus bolak-balik maupun searah dapat digunakan untuk penerangan dan alat-alat pemanas.

Pembangkitan listrik

Secara umum, listrik dihasilkan oleh sebuah pembangkit, atau lebih mudah disebut generator. Prinsip pembangkitan listrik dari sebuah generator, mirip-mirip dengan pelajaran fisika tentang GGL, gaya gerak listrik, kecuali Generator akan menghasilkan listrik tiga fase.

Analogi mudahnya adalah dinamo di sepeda anda (kalau ada) yang bisa membuat lambu sepeda anda menyala bila dinamo tadi dihubungkan dengan roda, biasanya roda depan.

Bila kita upscale kedalam skala industri, maka anggap saja generator tadi dihubungkan dengan tenaga penggeraknya sehingga dapat berputar dan menghasilkan listrik.
PLTU adalah pembangkit yang menggunakan uap untuk memutar turbinnya yang akan menggerakkan generator dan akhirnya menghasilkan listrik. Uap ini dihasilkan oleh proses pemanasan yang terjadi di Boiler.
Uap yang dihasilkan oleh boiler tentu saja tidak sama dengan uap yang keluar pada saat kita memasak air di dapur. Pemanasan di boiler pada pembangkit ini demikian panasnya sehingga uap yang dihasilkan akan berada pada fase superheated, uap yang penuh energi inilah yang “dihantamkan” ke bilah-bilah turbin, sehingga turbin akan berputar dan menghasilkan listrik melalui generatornya.
Karena rumitnya proses dari mulai memanaskan uap sampai dengan mulai memutar turbin selain juga karena adanya inersia termodinamika dalam sistemnya, maka PLTU yang di hot start baru mulai berproduksi setelah kurang lebih 5 jam. Bila proses pembangkitan dimulai dengan cold start, maka bisa ditebak, kurang lebih butuh 16 jam untuk mulai menghasilkan listrik.
skematik pembangkit listrik


Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk utama pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang di hubungkan ke turbin dimana untuk memutar turbin diperlukan energi kinetik dari uap panas atau kering. Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan berbagai macam bahan bakar terutama batu-bara dan minyak bakar serta MFO untuk start awal.
http://1.bp.blogspot.com/_2nW2tr30XR8/TS8nSNhuG9I/AAAAAAAAALk/wXHz_WuIUDc/s1600/pltu-banten-01.jpg
Pembangkit Listrik Tenaga Uap
PLTU yang pertama kali beroperasi di Indonesia yaitu pada tahun 1962 dengan kapasitas 25 MW, suhu 500 ¼C, tekanan 65 Kg/cm2, boiler masih menggunakan pipa biasa dan pendingin generator dilakukan dengan udara. Kemajuan pada PLTU yang pertama adalah boiler sudah dilengkapi pipa dinding dan pendingin generator dilakukan dengan hidrogen, namun kapasitasnya masih 25 MW. Bila dayanya ditingkatkan dari 100 - 200 MW, maka boilernya harus dilengkapi super hiter, ekonomizer dan tungku tekanan. Kemudian turbinnya bisa melakukan pemanasan ulang dan arus ganda dan pendingin generatornya masih menggunakan hidrogen. Hanya saja untuk kapasitas 200 MW uap yang dihasilkan mempunyai tekanan 131,5 Kg/cm2 dan suhu 540 ¼C dan bahan bakarnya masih menggunakan minyak bumi.

Ketika kapasitas PLTU sudah mencapai 400 MW maka bahan bakarnya sudah tidak menggunakan minyak bumi lagi melainkan batu bara. Batu bara yang dipakai secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu batu bara berkualitas tinggi dan batu bara berkualitas rendah. Bila batu bara yang dipakai kualitasnya baik maka akan sedikit sekali menghasilkan unsur berbahaya, sehingga tidak begitu mencemari lingkungan. Sedang bila batu bara yang dipakai mutunya rendah maka akan banyak menghasilkan unsur berbahaya seperti Sulfur, Nitrogen dan Sodium. Apalagi bila pembakarannya tidak sempurna maka akan dihasilkan pula unsur beracun seperti CO, akibatnya daya guna menjadi rendah.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXQyzFTZgJ9fEgtZjFaT1E7OWtvEyWgJ-AKs0fSK_eeKEC6AdPvEZ_1k3P8_H3QUDO0NswH7WY4i7LmX5BG1usAfjvzVbmF0oNmmJ3u6fRv0vKoE76KZVRKk01OZf_AfBPuQX9zSN2Gpc/s400/pltu.bmp
Skema PLTU Batu Bara
PLTU batu bara di Indonesia yang pertama kali dibangun adalah di Suryalaya pada tahun1984 dengan kapasitas terpasang 4 x 400 MW. Kemudian PLTU Bukit Asam dengan kapasitas 2 x 65 MW pada tahun 1987. Dan pada tahun 1993-an beroperasi pula PLTU Paiton 1 dan 2 masing-masing dengan kapasitas 400 MW. Kemudian PLTU Suryalaya akan dikembangkan dari unit 5 - 7 dengan kapasitas 600 MW/unit. PLTU batu bara pada tahun 1994 kapasitasnya sudah mencapai 2.130 MW (16% dari total daya terpasang). Pada tahun 2003 kapasitasnya diperkirakan sekitar 12.100 MW (37%), tahun 2008/09 mencapai 24.570 MW (48%) dan pada tahun 2020 sekitar 46.000 MW. Sementara itu pemakaian batu bara pada tahun 1995 tercatat bahwa untuk menghasilkan energi listrik sebsar 17,3 Twh dibutuhkan batu bara sebanyak 7,5 juta ton. Dan pada tahun 2005 pemakaian batu bara diperkirakan mencapai 45,2 juta ton dengan energi listrik yang dihasilkan mencapai 104 Twh.

Banyaknya pemakaian batu bara tentunya akan menentukan besarnya biaya pembangunan PLTU. Harga batu bara itu sendiri ditentukan oleh nilai panasnya (Kcal/Kg), artinya bila nilai panas tetap maka harga akan turun 1% pertahun. Sedang nilai panas ditentukan oleh kandungan zat SOx yaitu suatu zat yang beracun, jadi pada pembangkit harus dilengkapi alat penghisap SOx. Hal inilah yang menyebabkan biaya PLTU Batu bara lebih tinggi sampai 20% dari pada PLTU minyak bumi. Bila batu bara yang digunakan rendah kandungan SOx-nya maka pembangkit tidak perlu dilengkapi oleh alat penghisap SOx dengan demikian harga PLTU batu bara bisa lebih murah. Keunggulan pembangkit ini adalah bahan bakarnya lebih murah harganya dari minyak dan cadangannya tersedia dalam jumlah besar serta tersebar di seluruh Indonesia.
http://v-images2.antarafoto.com/gec/1297077301/ekonomi%20dan%20bisnis-harga-batu-bara-01.jpg



1.3 Macam-maca,m sistem utama pada PLTU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdiri dari beberapa system utama, yaitu :
1. Turbine & Generator 
2. Boiler (Steam Generator)
3. Coal Handling System
4. Ash Handling System
5. Flue Gas System
6. Balance of Plant

Turbine & generator bisa dibilang sebagai the heart of the plant, karena dari bagian inilahenergi listrik dihasilkan. Generator yang berputar dengan kecepatan tetap, menghasilkanenergi listrik yang disalurkan ke jaringan interkoneksi dan selanjutnya didistribusikan kekonsumen.Steam turbine (turbin uap) yang berfungsi untuk memutar generator, terdiri dari HP (high- pressure) turbine, IP (intermediate-pressure) turbine dan LP (low-pressure) turbine.Turbine & generator memiliki beberapa peralatan pendukung, yaitu lubricating oil systemdan generator cooling system.Boiler (steam generator) berfungsi untuk mengubah air menjadi uap. Uap bertekanan sangattinggi yang dihasilkan boiler dipergunakan untuk memutar turbine. Boiler terbagi menjadi beberapa sub system, yaitu :
- Boiler house steel structure
- Pressure parts
- Coal system
- Air system
- Boiler cleaning systemBoiler (Steam Generator)
http://htmlimg2.scribdassets.com/6ye6fhy9fk1dhrf9/images/1-10320549a4.jpg
 
Sesuai dengan namanya, boiler house steel structure adalah bangunan struktur rangka baja, dimana di dalamnya terpasang semua peralatan steam generator. Bangunan rangka baja initingginya antara 15 m (PLTU kapasitas 7 MW) .
Pressure part system adalah bagian utama dari steam generator. Bagian inilah yang berfungsi untuk mengubah air menjadi uap bertekanan tinggi (superheated steam) dengan temperatur antara 300 ± 400 derajat C.Air yang disuplai ke boiler, pertama kali masuk ke economizer inlet header, terusdidistribusikan ke economizer elements, berkumpul kembali di eco outlet header lalu disalurkan ke steam drum. Economizer terletak di dalam backpass area (di bagian belakang boiler house), sementara steam drum ada di bagian depan roof area.
Dinamakan economizer karena bagian ini berfungsi untuk menaikkan temperatur air yang baru masuk boiler dengan cara memanfaatkan gas buang dari pembakaran cangkang/tankosdi furnace area (combustion chamber). Dengan pemanasan awal di economizer ini effisiensiketel uap dapat ditingkatkan.
Akibat pemanasan secara konveksi di daerah furnace dan karena gaya gravitasi, air di dalamsteam drum air mengalami sirkulasi turun ke water wall lower header melalui pipadowncomers.Dari waterwall lower header air kembali mengalami sirkulasi karena panas,naik menuju water wall upper header melalui tube-tube water wall panel. Kemudian dariwaterwall upper header air dikembalikan ke steam drum melalui riser pipes.
Jadi akibat panas pembakaran cangkang/tankos air mengalami sirkulasi terus menerus.Sirkulasi ini menyebabkan air di water wall panel & steam drum sebagian berubah menjadiuap.
Pada PLTU berkapasitas besar, sirkulasi tersebut dibantu oleh Boiler water Circulating Pumpyang terpasang pada pipa downcomers bagian bawah. Sirkulasi yang lebih cepat akanmenyebabkan kecepatan perubahan air menjadi uap juga lebih besar.Di dalam steam drum terdapat separator yang berfungsi untuk memisahkan uap dari air. Uapyang sudah dipisahkan tersebut, dari steam drum disalurkan ke roof steam inlet header yangterhubung ke boiler roof panel. Boiler roof panel ini yang membawa uap ke belakang menuju backpass panel.dari backpass panel, uap disalurkan ke Low Temperature Superheater (LTS) yang ada didalam backpass area, di atas economizer elements. dari LTS uap disalurkan ke IntermediateTemperature Superheaters (ITS). Selanjutnya melalui pipa superheater-desuperheater, uapdibawa ke High Temperature Superheater (HTS) elements untuk menjalani proses pemanasanterakhir menjadi superheated steam.
ITS dan HTS elements lokasinya berada di dalam furnace (ruang pembakarancangkang/tankos ) bagian atas. Beberapa boiler manufacturers memberikan nama yang berbeda kepada LT, IT dan HT superheater.Dari High Temperature Superheater outlet header, superheated steam dengan temperature300-400 derajat C dan tekanan sangat tinggi disalurkan ke steam turbine melalui pipa mainsteam.
 
Pada PLTU berkapasitas kecil, uap tersebut masuk ke High Pressure Turbine, terus ke LowPressure Turbine dan keluar menuju condenser. Sedangkan pada PLTU berkapasitas besar,setelah memutar HP turbine uap tersebut dibawa kembali ke boiler melalui pipa cold reheat.Di dalam boiler uap tersebut mengalami pemanasan kembali di dalam Reheater elements.Reheater elements ini biasanya terletak di antara furnace area dan backpass area.Setelah mengalami pemanasan kembali, reheated steam disalurkan ke Intermediate PressureTurbine melalui pipa Hot Reheat. Setelah memutar Intermediate dan Low Pressure Turbine, baru uap keluar ke condenser.Setelah selesai memutar turbine, uap dibuang ke condenser yang posisinya tepat berada di bawah LP Turbine. Di dalam condenser uap tersebut diubah menjadi air untuk dipompakankembali ke dalam boiler.Condenser memerlukan air pendingin untk mengubah uap menjadi air. Beberapa PLTU memanfaatkan air laut sebagai pendingin condenser, sementara PLTU yang lain mempergunakan cooling tower untuk mendinginkan air condenser yang diputar terusmenerus dalam sistem tertutup (closed loop).Condenser system terdiri dari beberapa peralatan utama, yaitu condenser itu sendiri,condenser tube cleaning system, condenser vaccum system dan condensate pump. Condenser vaccum system berfungsi untuk menjaga agar tekanan di dalam condenser selalu lebih kecildari tekanan atmosfer. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan plant efficiency dari PLTU.Water Treatment plant berfungsi untuk memproduksi semua kebutuhan air bagi operasionalPLTU. Pada dasarnya ada 2 jenis air yang dibutuhkan PLTU. Yang pertama adalahdemineralized water (demin water) untuk mensuplai boiler dalam memproduksi uap penggerak turbin. Disebut demineralized water karena air tersebut sudah dihilangkankandungan mineralnya.Yang kedua adalah raw water yang diperlukan untuk pendingin (cooling water) bagi mesin-mesin PLTU dan untuk dipergunakan sebagai service water.Secara umum water treatment system PLTU terdiri dari desalination plant untuk memprosesair laut atau air payau menjadi raw water, demineralized plant untuk memproduksi deminwater dan tanki-tanki atau kolam penyimpanan air.Sebagaimana saya tulis di muka, uap yang meninggalkan turbin masuk ke condenser untuk diubah kembali menjadi air. Air tersebut dipompa kembali masuk ke boiler untuk diprosesmenjadi superheated steam yang siap memutar turbin.Jadi di sini terjadi closed-loop system. Air dan uap diolah terus menerus dalam sistemtertutup untuk menggerakkan turbin uap (steam turbine). Meskipun demikian tetap ada air atau uap yang hilang sebagai system loses dalam proses tersebut. Maka selama PLTU beroperasi selalu diperlukan penambahan demin water baru secara kontinyu.Air yang dipompa masuk kembali ke dalam boiler biasa dikenal dengan nama boiler feedwater. Sistem yang mensuplai feedwater ini terdiri dari beberapa peralatan utama, yaitu :
 
- Feedwater pumps
- Feedwater tank yang dilengkapi dengan deaerator tank 
- Feedwater heaters

Feedwater tank berfungsi untuk menampung feedwater sebelum dipompa masuk ke boiler oleh feedwater pumps. Pada PLTU berkapasitas kecil, pompa feedwater digerakkan olehmotor listrik, sedangkan pada PLTU berkapasitas besar mempergunakan turbin uap mini.Untuk meningkatkan efisiensi PLTU, sebelum dipompa masuk ke boiler, feedwater harusdipanaskan terlebih dahulu hingga mencapai suhu tertentu. Pemanasan tersebut dilakukandengan heater (heat exchanger), yang berlangsung secara konduksi dengan memanfaatkanuap panas yang diambil (diektraksi) dari turbin. Jadi selain diteruskan ke condenser, adasejumlah kecil uap dari turbin yang diambil untuk memanaskan feedwater heater.
 Pembakaran
Agar pembakaran dalam combustion chamber berlangsung dengan baik perlu didukungdengan sistem suplai udara dan sitem pembuangan gas sisa pembakaran yang baik. Tugas inidilakukan oleh Air and Flue Gas System.Air and Flue Gas System terdiri dari Primary Air (PA) Fans, Forced Draft (FD) Fans,Induced Draft (ID) Fans, Air Heater, Primary Air Ducts, Secondary Air Ducts dan Flue GasDucts.Udara yang akan disuplai ke ruang pembakaran dipanaskan terlebih dahulu agar tercapaiefisiensi pembakaran yang baik. Pemanasan tersebut dilakukan oleh Air Heater dengan carakonduksi dengan memanfaatkan panas dari gas buang sisa pembakaran di dalam furnace.Ada 2 type Air Heater yang banyak dipakai di PLTU. Yang pertama air heater type
tubular, banyak dipakai di PLTU yang berkapasitas kecil. Sedangkan air heater type rotary lebihdipilih untuk PLTU kapasitas besar.Scondary Air Fans berfungsi untuk menghasilkan primary air yang diperlukan untuk mendorong cangkang/tankos dari chut ke ruang pembakaran. Forced Draft Fans berfungsiuntuk menghasilkan secondary air untuk mensuplai udara ke ruang pembakaran.
SedangkanInduced Draft Fans berfungsi untuk menyedot gas sisa pembakaran dari combustion chamber untuk dikeluarkan ke cerobong asap.
 
 http://htmlimg2.scribdassets.com/6ye6fhy9fk1dhrf9/images/5-25f72e6673.jpg
Secondary Air Duct system (warna biru)
 Flue Gas system adalah bagian yang sangat penting untuk menjaga agar PLTU tidak menyebabkan polusi berlebihan kepada lingkungan. Bagian dari flue gas system yang umumterdapat di semua PLTU adalah Electrostatic Precipitator (EP).Electrostatic Precipitator adalah alat penangkap debu cangkang/tankos. Sebelum dilepas keudara bebas, gas buang sisa pembakaran cangkang/tankos terlebih dahulu melewatielectrostatic precipitator untuk dikurangi semaksimal mungkin kandungan debunya. Bagianutama dari EP ini adalah housing (casing), internal parts yang terdiri dari discharge electrode,collecting plates dan hammering system, dan ash hoppers yang terletak di bagian bawahuntuk menampung abu.Pada beberapa PLTU modern ada lagi satu peralatan pengendali polusi yang terpasang antaraEP dan cerobong asap. Alat tersebut adalah Flue Gas Desulphurization (FGD) plant. Sesuaidengan namanya FGD berfungsi untuk mengurangi kadar sulphur dari gas buang. Kadar sulphur yang tinggi dikhawatirkan bisa menyebabkan terjadinya hujan asam yang berbahaya bagi
lingkungan.Bagian terakhir dari flue gas system adalah stack/chimney/cerobong asap yang berfungsiuntuk membuang gas sisa pembakaran.

2.1 Data Lapangan

Potret penggunaan listrik di Jawa dan Bali

Dalam pendistribusikan load ke seluruh pembangkit di pulau Jawa dan Bali secara umum dalam menghadapi demand pengguna listrik, maka dibentuk suatu unit bisnis baru oleh PLN yang diberi nama P3B (Penyaluran dan Pusat Penyalur Beban). P3B inilah yang –secara umum- mengatur kapan suatu pembangkit mulai beroperasi dan kapan tidak. Suatu pembangkit yang pada saat diminta untuk beroperasi tidak dapat melakukannya biasanya akan mendapatkan denda, dan seterusnya, dan seterusnya.

Untuk lebih mengenal karasteristik pembebanan listrik di pulau Jawa dan bali maka saya mengambil gambar ini dari website P3B (diambil jam 14:34)
Kurva beban PJB
Bisa dilihat bahwa grafik pembebanan di pulau Jawa dan Bali cukup banyak berfluktuasi dengan puncak beban di sekitar pukul 19:00

Dengan melihat grafik diatas dan waktu startup turbine yang berbeda-beda untuk setiap jenisnya, maka untuk pulau Jawa dan Bali, mau tidak mau pendistribusian beban harus melalui tiga jenis pembangkit, dengan pembangkit jenis uap menjadi pembangkit baseline, pembangkit jenis gas menjadi pengisi lubang di Baseline dan membantu menyangga beban puncak, dan pembangkit jenis Air menjadi penyangga beban puncak saja.
Melihat kurva diatas pula, maka kebijakan mengenai pembangunan pembangkit baru juga harus merefleksikan kurva demand sesuai dengan proyeksi kebutuhan listrik dimasa depan.

Beberapa skenario lain menyangga kebutuhan listrik Jawa-Bali
Kurva 01
Menurut saya, membangun PLTU baru sebanyak 100 buah dengan grafik kurva load yang sangat fluktuatif juga bukan pilihan bagus, mengingat akan banyak sekali energi yang akan terbuang percuma, terlebih bila semuanya misalnya berupa PLTU. Disinilah desain besar perlistrikan nasional menjadi hal yang diperlukan dalam menentukan arah kebijakan kedepannya.


kurva 02
Membangun terlalu banyak reaktif powerplant juga tidak akan begitu menguntungkan dari segi bisnis maka walaupun mungkin efisien. Hal ini dikarenakan break event point suatu powerplant sedikit banyak tergantung dari running hoursnya, sehingga PLTG yang hanya hidup dari jam 16:00 sampai 21:00 mungkin akan mencapai BEP let say..100 tahun lagi mungkin :D
Dengan memperhitungkan berbagai hal, maka nantinya akan terlihat berapa powerplant yang harus menjadi base load powerplant dan berapa yang menjadi powerplant mendukung peak, disinilah kemudian peran P3B menjadi krusial.


DAFTAR PUSTAKA
http://anthronic.com/?itemid=278
http://carakerja-pengertian.blogspot.com/2011/03/cara-kerja-pengertian-generator.html
http://www.scribd.com/doc/80048081/Pembangkit-Listrik-Tenaga-Uap
http://ezkhelenergy.blogspot.com/2011/07/pembangkit-listrik-tenaga-uap-adalah.html