Para warga begitu antusias melaksanakan kerja bakti ini, tua muda gotong royong memanfaatkan momentum ini agar pembangunan dapat berjalan dengan lancar dan tertib. Selanjutnya, karena saya sendiri bukan termasuk orang yang kompeten di bidang pembangunan, jadi cukuplah diriku sekedar ikut mengangkati batu belah. Seusai tanah dicangkul rapi, giliran batu-batu tersebut dipasangkan kedalamnya disertai adonan pasir dan semen. Semua ditata sedemikian rupa sehingga membentuk talut yang baik guna melancarkan aliran air selokan disaat musim hujan nanti.
Malam minggu sebelum pembangunan talut berlangsung, seluruh warga sempat berkumpul terlebih dahulu untuk membahas tentang persiapan pembangunan di minggu pagi ini. Waktu itu saya juga mendengarkan sekelumit ujaran yang diberikan oleh bapak RW kepada para warga yang datang dalam pertemuan mengenai makna kerja bakti jika ditelaah dalam dua sudut, yaitu kepentingan desa dan kemaslahatan umat.
Kerja bakti merupakan sarana kebersamaan antar warga guna membantu tercapainya kenyamanan desa dengan melakukan pembangunan-pembanguna yang bermanfaat bagi desa bersangkutan. Karena semua warga terutama pria berkumpul sedangkan ibu-ibu menyiapkan makan dan minum ala kadarnya, menjadikan rasa saling gotong royong dalam kerja bakti tersebut akan menciptakan kerukunan yang mungkin sulit dicapai pada kesempatan lain. Inilah momentum untuk membangun kerukunan antar warga.
Selain menjadi ajang kumpul-kumpul, kerja bakti dapat pula dijadikan sarana refreshing (olah raga), karena tak ayal lagi sebagian warga yang hanya bekerja di dalam kantor mungkin juga jarang menyempatkan diri untuk berolah raga, dan inilah sarana yang baik untuk menjajal kemampuan seluruh otot-otot tubuh mulai dari kaki hingga kepala, bukan hanya otot jari yang biasa digunakan di kantor untuk urusan mengetik keyboard.
Kerja bakti merupakan kegiatan yang tidak mengharapkan imbalan uang, dilakukan secara sukarela , hasilnya dapat dinikmati bersama-sama, dalam situasi sekarang ini memang sulit dilakukan karena kesibukan dan rasa egoisme dari pribadi. dalam lingkungan masyarakat yang majemuk / di perkampungan orang yang egois juga tidak mau melakukan kegiatan tersebut, yang penting membayar iuran .
Sedangkan jika ditinjau dari perspektif agama, pastilah ada kompensasi atau pahala dari Allah jika kerja bakti tersebut dilakukan dengan jiwa yang ikhlas ataupun dimaksudkan untuk kemaslahatan warga desa pada umumnya.
Pembangunan talut ini juga mengingatkan saya pada peristiwa Perang Khandaq di zaman Rasulullah. Dimana pada waktu itu para kaum muslimin dengan semangat Islam yang membara, bersama-sama membangun parit dimaksudkan untuk menghalau serangan yang akan dilancarkan oleh kaum kafir Quraisy. Bahkan pada saat itu pula Junjungan utama kita, Nabi agung Muhammad SAW, ikut langsung dalam pembangunan.
Dari cermin sejarah Islam di atas, alangkah mulianya jika kita dapat mengambil hikmah yang terkandung, mungkin akan bermanfaat diwaktu-waktu kerja gotong royong seperti ini. Tentunya dengan semangat dan jiwa yang ikhlas.
Kebersihan dan kelancaran selokan menjadi hal paling utama untuk diperhatikan dalam masalah banjir, fakta dilapangan selokan tidak dapat menampung air hujan walaupun hanya sekitar satu jam, banjir selalu akrab ditelinga kita yang bertempat di wilayah Jabotabek. Kesadaran warga dan pejabat untuk bekerjasama dalam mengatasi ini sangat diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar